Sunday, October 31, 2010

Hanya sementara



Semuanya sementara...., Terimalah penderitaan Anda
sebagai sementara,
yang akan segera disirnakan oleh Allah,
...jika Anda memohon dengan tulus dan
ikhlas bekerja untuk memperbaiki keadaan

Sadarilah bahwa kelebihan Anda
adalah sementara,
yang akan dilestarikan oleh Allah
jika Anda mensyukurinya
dan menjadikannya pembahagia
kehidupan sesama

Semua yang sementara
bisa diperbaiki atau dilestarikan,
bersama Allah

Amien

Mario Teguh

Saturday, October 30, 2010

Calon BIDADARI SYURGAKU

Teruntuk engkau calon bidadari syurgaku,
Semoga nanti ada ukhuwah yang lebih baik, setelah terbangun dari sebuah singgasana pelaminan yang megah itu, setelah arak-arakan penuh senyum ceria menemani perjalanan kita, ucapan selamat yang tidak berhenti silih berganti, semua dalah hitungan jam, kemudian berganti hari, kemudia usai. tertinggal kita, kita yang akan mengarungi bahtera baru dalam lautan luas membentang didepan kita, ada banyak karang disana, ombak yang tinggi pun akan selalu kita temui dalam perjalan kita menuju Cinta-NYA.

Adikku sayang???
Sebelum semua itu, kamu harus tau, bahwa mas hanyalah manusia biasa, hanya punya langit untuk tempat mas berlindung, hanya ada sepasang kaki untuk mas berjalan, mas hanya punya sepasang tangan untuk menengadah meminta sesuatu dari sang pemilik hidup ini, tiap harinya mas hanya berjalan kaki untuk mengais sedikit rejeki yang Allah berikan untuk mas, peluh keringat pun selalu muncul sampai kemudian kering, mas belum punya kereta kencana untuk selalu membawamu melangkah bangga ketidak berjalan disamping mas, mas pun tidak punya sesuatu atap yang megah, alas istirahatmu yang penuh kenyamanan, hanya angin alam yang mas punya untuk menyejukanmu.

Bukan apa-apa, tapi mas pengin kamu tau, agar engkau pun bersyukur, seperti syukur yang mas punya sekarang, mas hanyalah ingin jadi pria akhir zaman dihatimu bersama punya cita-cita membangun keturunan yang insyaAllah sholeh, aku hanya ingin jadi pelindungmu, dimana engkaulah yang akan jadi penghuni hatiku, kamu adalah navigator dikapalku, mas hanya ingin ketika mas jadi raja maka adik adalah orang pertama yang menikmati anggur singgasanaku bersama belajar adanya iman & takwa dikeluarga kita, dalam meniti sabar dan syukur.
kebahagiaan itu semoga terus mengalir sampai nanti kita dipertemukan kembali dalam indahnya syurganya Allah, disana engkaulah bidadariku, berkumpul kembali dengan semua orang yang kita cintai, semoga engkau benar yang dituliskan Allah di lauhmahfudNya, sebagai bagian dari tulang rusuk mas.

mas tidak bisa menuntut kamu untuk jadi siti khadijah, yang begitu setia dan pandai menjaga sampai akhir hayatnya, bukan pula siti hajar yang begitu setia ketika sengsara menimpanya, mas hanya ingin adik sebagai seorang wanita akhir jaman dihidup mas, yang terus berusaha menjadi istri yang sholekha..
semoga kita jadi keluarga yang pandai bersyukur, karena disaat hati kita bisa bersama untuk senantiasa sabar dan ikhlas terhadap sesuatu, ada rasa syukur yang mengalir disana, disaat itu pulalah kebahagian akan selalu mengair untuk kita
jangan pernah menyerah adik…Janji Allah selalu pasti, sudah di tuliskan dalam qadha dan qhadarnya Allah, Cinta kita nanti adalah cinta untuk bersama berma’rifat, bermahabbah untuk membuktikan diri bahwa kita benar-benar hanya MENCINTAI-NYA.
untukmu adikku(siapapun dia)…dipenantian yang takan pernah berarti sia-sia. nanti aku pasti menjemputmu bidadariku

oleh RENUNGAN N KISAH INSPIRATIF

Saturday, October 23, 2010

Ruang hampa

Menatap rinai titik hujan yang luruh ke bumi
Melepas nafas panjang dinginya hawa terasa,
aku masih saja tercengung dalam gulana
separuh jiwaku seolah menghilang,
berkali musim berganti telah ku lewati sendiri
sampai saatnya tiba ku ingn melepaskan luka

Ada ruang hampa dihati mengharap terisi
Ternyata adalah seorang lelaki tegarpun tak kuasa bertahan menanggung sepi
Menatap cakrawala haru kulihat pelangi
seusai badai semoga angin lembut membelai
pikiran melayang kini betapa ku butuh wanita setia yg belindung didada
memberi setangkup kasih mengaliri urat darahku.
sampai dunia berakhir tak sekalipn dunia berpaling

Ada ruang hampa dihati mengharap terisi
Ternyata adalah seorang lelaki tegarpun tak kuasa menanggung sepi
Hasratku…semua lembaran kelabu kan segera digurat warna digurat rasa
Ingin melepaskan luka
Tak kuasa menanggung sepi

by : Katon

Perjalanan Roh


Pernahkah anda hadir di sisi seseorang yang tengah menghadapi sakaratul maut, hingga jasadnya dingin, terbujur kaku, tak bergerak, karena ruhnya telah berpisah dengan badan? Lalu apa perasaan anda saat itu? Adakah anda mengambil pelajaran darinya? Adakah terpikir bahwa anda juga pasti akan menghadapi saat-saat seperti itu? Kemudian, pernahkah terlintas tanya di benak anda, ke mana ruh itu pergi setelah berpisah dengan jasad?
Hadits yang panjang dari Rasul yang mulia Shallallahu ‘alaihi wa sallam di bawah ini memberi ilmu kepada kita tentang hal itu. Simaklah…!
Sahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, Al-Bara` bin ‘Azib radhiyallahu ‘anhu berkisah, “Kami keluar bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk mengantar jenazah seorang dari kalangan Anshar. Kami tiba di pemakaman dan ketika itu lahadnya sedang dipersiapkan. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam duduk. Kami pun ikut duduk di sekitar beliau dalam keadaan terdiam, tak bergerak. Seakan-akan di atas kepala kami ada burung yang kami khawatirkan terbang. Di tangan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika itu ada sebuah ranting yang digunakannya untuk mencocok-cocok tanah. Mulailah beliau melihat ke langit dan melihat ke bumi, mengangkat pandangannya dan menundukkannya sebanyak tiga kali. Kemudian bersabda, “Hendaklah kalian meminta perlindungan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dari adzab kubur,” diucapkannya sebanyak dua atau tiga kali, lalu beliau berdoa, “Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari adzab kubur,” pinta beliau sebanyak tiga kali.
Setelahnya beliau bersabda, “Sesungguhnya seorang hamba yang mukmin apabila akan meninggalkan dunia dan menuju ke alam akhirat, turun kepadanya para malaikat dari langit. Wajah-wajah mereka putih laksana mentari. Mereka membawa kain kafan dan wangi-wangian dari surga. Mereka duduk dekat si mukmin sejauh mata memandang. Kemudian datanglah malaikat maut ‘alaihissalam hingga duduk di sisi kepala si mukmin seraya berkata, “Wahai jiwa yang baik, keluarlah menuju ampunan dan keridhaan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.”
Ruh yang baik itu pun mengalir keluar sebagaimana mengalirnya tetesan air dari mulut wadah kulit. Malaikat maut mengambilnya. (Dalam satu riwayat disebutkan: Hingga ketika keluar ruhnya dari jasadnya, seluruh malaikat di antara langit dan bumi serta seluruh malaikat yang ada di langit mendoakannya. Lalu dibukakan untuknya pintu-pintu langit. Tidak ada seorang pun malaikat yang menjaga pintu malaikat kecuali mesti berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar ruh si mukmin diangkat melewati mereka). Ketika ruh tersebut telah diambil oleh malaikat maut, tidak dibiarkan sekejap matapun berada di tangannya melainkan segera diambil oleh para malaikat yang berwajah putih. Mereka meletakkan/membungkus ruh tersebut di dalam kafan dan wangi-wangian yang mereka bawa. Dan keluarlah dari ruh tersebut wangi yang paling semerbak dari aroma wewangian yang pernah tercium di muka bumi. Kemudian para malaikat membawa ruh tersebut naik. Tidaklah mereka melewati sekelompok malaikat kecuali mesti ditanya, “Siapakah ruh yang baik ini?” Para malaikat yang membawanya menjawab, “Fulan bin Fulan,” disebut namanya yang paling bagus yang dulunya ketika di dunia orang-orang menamakannya dengan nama tersebut. Demikian, hingga rombongan itu sampai ke langit dunia. Mereka pun meminta dibukakan pintu langit untuk membawa ruh tersebut. Lalu dibukakanlah pintu langit. Penghuni setiap langit turut mengantarkan ruh tersebut sampai ke langit berikutnya, hingga mereka sampai ke langit ke tujuh. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “Tulislah catatan amal hamba-Ku ini di ‘Illiyin dan kembalikanlah ia ke bumi karena dari tanah mereka Aku ciptakan, ke dalam tanah mereka akan Aku kembalikan, dan dari dalam tanah mereka akan Aku keluarkan pada kali yang lain.”
Si ruh pun dikembalikan ke dalam jasadnya yang dikubur dalam bumi/tanah. Maka sungguh ia mendengar suara sandal orang-orang yang mengantarnya ke kuburnya ketika mereka pergi meninggalkannya. Lalu ia didatangi dua orang malaikat yang sangat keras hardikannya, keduanya menghardiknya, mendudukkannya lalu menanyakan padanya, “Siapakah Rabbmu?”
Ia menjawab, “Rabbku adalah Allah Subhanahu wa Ta’ala.”
Ditanya lagi, “Apa agamamu?”
“Agamaku Islam,” jawabnya.
“Siapakah lelaki yang diutus di tengah kalian?” tanya dua malaikat lagi
“Dia adalah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam,” jawabnya
“Apa amalmu?” pertanyaan berikutnya
“Aku membaca Kitabullah, lalu aku beriman dan membenarkannya,” jawabnya.
Ini adalah fitnah/ujian yang akhir yang diperhadapkan kepada seorang mukmin. Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala mengokohkannya sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya:
يُثَبِّتُ اللهُ الَّذِينَ آمَنُوا بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي اْلآخِرَةِ
“Allah menguatkan orang-orang yang beriman dengan ucapan yang tsabit/kokoh dalam kehidupan dunia dan dalam kehidupan akhirat.” (Ibrahim: 27)
Terdengarlah suara seorang penyeru dari langit yang menyerukan, “Telah benar hamba-Ku. Maka bentangkanlah untuknya permadani dari surga. Pakaikanlah ia pakaian dari surga, dan bukakan untuknya sebuah pintu ke surga!”
Lalu datanglah kepada si mukmin ini wangi dan semerbaknya surga serta dilapangkan baginya kuburnya sejauh mata memandang. Kemudian ia didatangi oleh seseorang yang berwajah bagus, berpakaian bagus dan harum baunya, seraya berkata, “Bergembiralah dengan apa yang menggembirakanmu. Inilah harimu yang pernah dijanjikan kepadamu.”
Si mukmin bertanya dengan heran, “Siapakah engkau? Wajahmu merupakan wajah yang datang dengan kebaikan.”
“Aku adalah amal shalihmu. Demi Allah, aku tidak mengetahui dirimu melainkan seorang yang bersegera menaati Allah Subhanahu wa Ta’ala dan lambat dalam bermaksiat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala membalasmu dengan kebaikan,” jawab yang ditanya
Kemudian dibukakan untuknya sebuah pintu surga dan sebuah pintu neraka, lalu dikatakan, “Ini adalah tempatmu seandainya engkau dulunya bermaksiat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, lalu Allah Subhanahu wa Ta’ala menggantikan bagimu dengan surga ini.” Maka bila si mukmin melihat apa yang ada dalam surga, ia pun berdoa, “Wahai Rabbku, segerakanlah datangnya hari kiamat agar aku dapat kembali kepada keluarga dan hartaku.”
Dikatakan kepadanya, “Tinggallah engkau.”
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melanjutkan penuturan beliau tentang perjalanan ruh. Beliau bersabda, “Sesungguhnya seorang hamba yang kafir (dalam satu riwayat: hamba yang fajir) apabila akan meninggalkan dunia dan menuju ke alam akhirat, turun kepadanya dari langit para malaikat yang keras, kaku, dan berwajah hitam. Mereka membawa kain yang kasar dari neraka. Mereka duduk dekat si kafir sejauh mata memandang. Kemudian datanglah malaikat maut hingga duduk di sisi kepala si kafir seraya berkata, “Wahai jiwa yang buruk, keluarlah menuju kemurkaan dan kemarahan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.”
Ruh yang buruk itu pun terpisah-pisah/berserakan dalam jasadnya, lalu ditarik oleh malaikat maut sebagaimana dicabutnya besi yang banyak cabangnya dari wol yang basah, hingga tercabik-cabik urat dan sarafnya. Seluruh malaikat di antara langit dan bumi dan seluruh malaikat yang ada di langit melaknatnya. Pintu-pintu langit ditutup. Tidak ada seorang pun malaikat penjaga pintu kecuali berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar ruh si kafir jangan diangkat melewati mereka. Kemudian malaikat maut mengambil ruh yang telah berpisah dengan jasad tersebut, namun tidak dibiarkan sekejap mata pun berada di tangan malaikat maut melainkan segera diambil oleh para malaikat yang berwajah hitam lalu dibungkus dalam kain yang kasar. Dan keluarlah dari ruh tersebut bau bangkai yang paling busuk yang pernah didapatkan di muka bumi. Kemudian para malaikat membawa ruh tersebut naik. Tidaklah mereka melewati sekelompok malaikat kecuali mesti ditanya, “Siapakah ruh yang buruk ini?” Para malaikat yang membawanya menjawab, “Fulan bin Fulan,” disebut namanya yang paling jelek yang dulunya ketika di dunia ia dinamakan dengannya. Demikian, hingga rombongan itu sampai ke langit dunia, mereka pun meminta dibukakan pintu langit untuk membawa ruh tersebut, namun tidak dibukakan.”
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian membaca ayat:
لاَ تُفَتَّحُ لَهُمْ أَبْوَابُ السَّمَاءِ وَلاَ يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ حَتَّى يَلِجَ الْجَمَلُ فِي سَمِّ الْخِيَاطِ
“Tidak dibukakan untuk mereka pintu-pintu langit dan mereka tidak akan masuk ke dalam surga sampai unta bisa masuk ke lubang jarum.” (Al-A’raf: 40)
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, ‘Tulislah catatan amalnya di Sijjin, di bumi yang paling bawah.’ Lalu ruhnya dilemparkan begitu saja.”
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian membaca ayat:
وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللهِ فَكَأَنَّمَا خَرَّ مِنَ السَّمَاءِ فَتَخْطَفُهُ الطَّيْرُ أَوْ تَهْوِي بِهِ الرِّيحُ فِي مَكَانٍ سَحِيقٍ
“Dan siapa yang menyekutukan Allah maka seakan-akan ia jatuh tersungkur dari langit lalu ia disambar oleh burung atau diempaskan oleh angin ke tempat yang jauh lagi membinasakan.” (Al-Hajj: 31)
Si ruh pun dikembalikan ke dalam jasadnya yang dikubur dalam bumi/tanah. Lalu ia didatangi dua orang malaikat yang sangat keras hardikannya. Keduanya menghardiknya, mendudukkannya dan menanyakan kepadanya, “Siapakah Rabbmu?”
Ia menjawab, “Hah… hah… Aku tidak tahu.”
Ditanya lagi, “Apa agamamu?”
“Hah… hah… Aku tidak tahu,” jawabnya.
“Siapakah lelaki yang diutus di tengah kalian?” tanya dua malaikat lagi.
Kembali ia menjawab, “Hah… hah… aku tidak tahu.”
Terdengarlah suara seorang penyeru dari langit yang menyerukan, “Telah dusta orang itu. Maka bentangkanlah untuknya hamparan dari neraka dan bukakan untuknya sebuah pintu ke neraka!”
Lalu datanglah kepadanya hawa panasnya neraka dan disempitkan kuburnya hingga bertumpuk-tumpuk/tumpang tindih tulang rusuknya (karena sesaknya kuburnya). Kemudian seorang yang buruk rupa, berpakaian jelek dan berbau busuk mendatanginya seraya berkata, “Bergembiralah dengan apa yang menjelekkanmu. Inilah harimu yang pernah dijanjikan kepadamu.”
Si kafir bertanya dengan heran, “Siapakah engkau? Wajahmu merupakan wajah yang datang dengan kejelekan.”
“Aku adalah amalmu yang jelek. Demi Allah, aku tidak mengetahui dirimu ini melainkan sebagai orang yang lambat untuk menaati Allah Subhanahu wa Ta’ala, namun sangat bersegera dalam bermaksiat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala membalasmu dengan kejelekan,” jawab yang ditanya.
Kemudian didatangkan kepadanya seorang yang buta, bisu lagi tuli. Di tangannya ada sebuah tongkat dari besi yang bila dipukulkan ke sebuah gunung niscaya gunung itu akan hancur menjadi debu. Lalu orang yang buta, bisu dan tuli itu memukul si kafir dengan satu pukulan hingga ia menjadi debu. Kemudian Allah Subhanahu wa Ta’ala mengembalikan jasadnya sebagaimana semula, lalu ia dipukul lagi dengan pukulan berikutnya. Ia pun menjerit dengan jeritan yang dapat didengar oleh seluruh makhluk, kecuali jin dan manusia. Kemudian dibukakan untuknya sebuah pintu neraka dan dibentangkan hamparan neraka, maka ia pun berdoa, “Wahai Rabbku! Janganlah engkau datangkan hari kiamat.” (HR. Ahmad 4/287, 288, 295, 296, Abu Dawud no. 3212, 4753, dll, dishahihkan Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullahu dalam Shahih Abi Dawud dan Ahkamul Jana`iz hal. 202)
Pembaca yang mulia, berita yang shahih dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pasti benar adanya karena:
وَمَا يَنْطِقُ عَنِ الْهَوَى. إِنْ هُوَ إِلاَّ وَحْيٌ يُوحَى
“Tidaklah beliau berbicara dari hawa nafsunya, hanyalah yang beliau sampaikan adalah wahyu yang diwahyukan kepadanya.” (An-Najm: 3-4)
Maka setelah membaca pengabaran beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam di atas, masihkah tersisa angan yang panjang dalam kehidupan dunia ini? Adakah jiwa masih berani bermaksiat kepada Rabbul ‘Izzah dan enggan untuk taat kepada-Nya? Manakah yang menjadi pilihan saat harus menghadapi kenyataan datangnya maut menjemput: ruh diangkat dengan penuh kemuliaan ke atas langit lalu beroleh kenikmatan kekal, ataukah diempaskan dengan hina-dina lalu beroleh adzab yang pedih?
Bagi hati yang lalai, bangkit dan berbenah dirilah untuk menghadapi “hari esok” yang pasti datangnya. Adapun hati yang ingat, istiqamah-lah sampai akhir…
Sungguh hati seorang mukmin akan dicekam rasa takut disertai harap dengan berita di atas, air mata mengalir tak terasa, tangan pun tengadah memohon kepada Dzat Yang Maha Pengasih lagi Penyayang, “Ya Allah, berilah kami taufik kepada kebaikan dan istiqamah di atasnya sampai akhir hidup kami. Jangan jadikan kami silau dan tertipu dengan kehidupan dunia yang fana hingga melupakan pertemuan dengan-Mu. Wafatkanlah kami dalam keadaan husnul khatimah. Lindungi kami dari adzab kubur dan dari siksa neraka yang amat pedih. Ya Arhamar Rahimin, berilah nikmat kepada kami dengan surga-Mu yang seluas langit dan bumi. Amin… Ya Rabbal ‘Alamin.”
Wallahu ta’ala a’lam bish-shawab.
SUMBER:http://www.majalahsyariah.com/syariah.php?menu=detil&id_online=640

Monday, October 18, 2010

Atas Nama Keikhlasan


Terkadang aku termenung, mengapa sedini ini semua terlimpah untukku, kenyataan demi kenyataan yang menghentak yang harus dihadapi tanpa boleh ada penolakan yang terungkap. Wajib bagiku sebagai hamba yang beriman atas segala ujian tuk ikhlas menerima, tapi aku bertanya terhadap diri sendiri, inikah yang dinamakan ikhlas, sementara pergolakan batin masih bergemuruh, ikhlaskah aku. Sekali lagi aku hanyalah manusia biasa yang tak luput dari segala khilaf dan dosa.

Bukan keluhan yang bertubi-tubi, tapi terkadang aku bertanya tentang keadilan , mungkin
sebuah permohonan yang wajar sebagai hamba yang lemah.

Lara yang mendalam tak henti menghujamku, ntah akupun bingung lara untuk apa, sedangkan semua sudah kehendakNYA, semua tlah kutrima, selama bertahun-tahun, tapi mengapa lara masih saja menghujam, padahal semua sudah terbiasa.

Kekuatan demi kekuatan yang mengikatku dari badai dan angin, membuatku masih berdiri dari kenyataan demi kenyataan ini. Subhanallah…hanya itu yang slalu keluar dari bibirku , rasa syukur atas anugerahNYA.
Ya Ilahi, bukan aku menantangi dengan segala cobaanMU, dengan memohon agar atribut sabar slalu terpatri dalam hidup dan jiwaku, semua hanya dengan kekuatanMU lah hambamu ini sampai keharibaanMU untuk selamat, disaat hariku sudah diambang penghabisan dari titik kehidupan.
Ya Ilahi, teguhkanlah kesadaran atas segala apa yang ada dalam kekurangan pada diri ini, karena aku tak luput dari segala kekurangan.
Ya Ilahi, cukuplah hambamu ini yang mendapat ujian yang terlalu panjang dan berat, semua yang tak mungkin aku hindari, karena kenyataan ini ada dihadapan slalu tanpa bergeming dan bergeser. Jangan biarkan hambamu yang lain merasakan sentuhan ujian ini, walau itu sudah menjadi dusurMu, akh…mengapa aku melawan takdir dari gerutuan ini, Ampun …duh Gusti, kelelahan dalam perjalanan menujuMU sedang datang menghampiri, aku berjanji aku akan slalu mencari bekal kembali, yang sepatutnya aku cari agar dahaga dan keroncongan hati dan jiwa tak kerontang yang menjadikan lelah.
Ya Ilahi, ampunku beribu- ribu, Kau maha dari segala maha, aku memohon... ampuni dosa-dosa dari gerutuan hati yang melawan dusurMU ini, karena dari lemahnya kelelahan batin yang kerontang.
“ Kau adalah pilihan dan kiriman Tuhan !” perkataan penguat darimu, yang selalu terngiang lembut menggema ditelingaku. Aku akan dan masih menyelami arti dua sisi yang kau berikan padaku. Satu sisi kau yang membuat aku untuk sabar dengan pilhanmu , sisi lain kata hikmah slalu kau sajikan untuk pengobat jiwa yang rapuh. Akh…kau membuatku selalu menjadi teka teki.