Monday, December 6, 2010

1 Muharam


DO'A AKHIR TAHUN
Bismillaahirrahmaanirrahiim, Wa shallallaahu 'Ala sayyidinaa Muhammadin WA 'alaa aalihi WA shahbihii WA sallam. Allaahumma maa 'amiltu if haadzihis-sanati mimmaa nahaitani 'anhu falam atub minhu WA lam tardhahu WA lam tansahu WA halamta '...alayya ba'da qudratika 'alaa uquubati WA da'autani ilattaubati minhu ba'da jur'ati alaa ma'siyatika fa inni astaghfiruka fagfirlii WA maa 'amiltu fiihaa mimma tardhaahu WA wa'adtani 'alaihits-tsawaaba fas'alukallahumma yaa kariimu yaa dzal-jalaali wal ikram an tataqabbalahuu minni WA laa taqtha' rajaai minka yaa karim, WA sallallaahu 'alaa sayyidinaa Muhammadin Nabiyyil ummiyyi WA 'alaa 'aalihii WA sahbihii WA sallam

Artinya:
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Semoga Allah melimpahkan rahmat Dan keselamatan kepada junjungan kami Nabi Muhammad SAW,beserta para keluarga Dan sahabatnya. Ya Allah, segala yang telah Ku kerjakan selama tahun ini dari apa yang menjadi larangan-Mu, sedang kami belum bertaubat, padahal Engkau tidak melupakannya Dan Engkau bersabar (dengan kasih sayang-Mu), yang sesungguhnya Engkau berkuasa memberikan siksa untuk saya, Dan Engkau telah mengajak saya untuk bertaubat sesudah melakukan maksiat. Karena itu ya Allah, saya mohon ampunan-Mu Dan berilah ampunan kepada saya dengan kemurahan-Mu. Segala apa yang telah saya kerjakan, selama tahun ini, berupa amal perbuatan yang Engkau ridhai Dan Engkau janjikan akan membalasnya dengan pahala, saya mohon kepada-Mu, wahai Dzat Yang Maha Pemurah, wahai Dzat Yang Mempunyai Kebesaran Dan Kemuliaan, semoga berkenan menerima amal kami Dan semoga Engkau tidak memutuskan harapan kami kepada-Mu, wahai Dzat Yang Maha Pemurah. Dan semoga Allah memberikan rahmat Dan kesejahteraan atas penghulu kami Muhammad, Nabi yang Ummi Dan ke atas keluarga Dan sahabatnya.

DO'A AWAL TAHUN
Bismillaahirrahmaanirrahiim, Wa shallallaahu 'alaa sayyidinaa Muhammadin WA 'alaa 'aalihi WA shahbihii WA sallam. Allaahumma antal-abadiyyul-qadiimul-awwalu, WA 'alaa fadhlikal-'azhimi wujuudikal-mu'awwali, WA haadza 'aamun jadidun qad aqbala ilaina nas'alukal 'ishmata fiihi minasy-syaithaani WA auliyaa'ihi WA junuudihi wal'auna 'alaa haadzihin-nafsil-ammaarati bis-suu'i wal-isytighaala bimaa yuqarribuni Ilaika zulfa yaa dzal-jalaali wal-ikram yaa arhamar-raahimin, WA sallallaahu 'alaa sayyidina Muhammadin nabiyyil ummiyyi WA 'alaa 'aalihi WA shahbihii WA sallam

Artinya: Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Semoga Allah senantiasa melimpahkan rahmat Dan keselamatan kepada junjungan kami Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga Dan sahabatnya. Ya Allah Engkaulah Yang Abadi, Dahulu, lagi Awal. Dan hanya kepada anugerah-Mu yang Agung Dan Kedermawanan-Mu tempat bergantung. Dan ini tahun baru benar-benar telah datang. Kami memohon kepada-Mu perlindungan dalam tahun ini dari (godaan) setan, kekasih-kekasihnya Dan bala tentaranya. Dan kami memohon pertolongan untuk mengalahkan hawa nafsu amarah yang mengajak pada kejahatan,agar kami sibuk melakukan amal yang dapat mendekatkan diri kami kepada-Mu wahai Dzat yang memiliki Keagungan Dan Kemuliaan. Semoga Allah senantiasa melimpahkan rahmat Dan keselamatan kepada junjungan kami Nabi Muhammad SAW, Nabi yang ummi dan ke atas para keluarga dan sahabatnya.

Demi Allah, sesungguhnya semakin dekat ujung kehidupan kita.. Saudaraku, Janganlah sia siakan nafas kita, jangan sia siakan waktu kita.. Sesungguhnya Hanya Allah SWT lah tujuan kita.. Sadarilah, usia adalah amanah dari Ilahi.. Sadarilah, ia akan dimintai pertanggung jawabannya nanti.. Jalani hidup ini penuh makna.. Pastikan ia berarti diakhirat yang abadi, untuk membantu kita..

Saturday, November 13, 2010

Jika saatnya tiba...

Ya Illahi Robbi,,,
Jika tiba saatnya aku jatuh cinta
Izinkan aku di cintai seorang
Yang bisa menerima segala kekuranganku...
Agar kami bisa menerima setiap cobaan dari-Mu

Ya Robbi,,,
Aku memohon pada-Mu
Jika tiba saatnya aku jatuh cinta
Maka jadikanlah cinta itu sebagai penguat cintaku pada-Mu
Dan jangan dengan cinta itu, membuatku lupa akan diri-Mu

Saturday, November 6, 2010

Bersama Kesusahan Ada Kesenangan

Wahai manusia, setelah lapar ada kenyang, setelah haus ada kepuasan, setelah begadang ada tidur pulas, dan setelah sakit ada kesembuhan. Setiap yang hilang pasti ketemu, dalam kesesatan akan datang petunjuk, dalam kesulitan ada kemudahan, dan setiap kegelapan akan terang benderang.
"Mudah-mudahan Allah akan mendatangkan kemenangan (kepada RasulNya) atau sesuatu keputusan dari sisiNya." (QS. Al-Maidah:52)

Sampaikan kabar gembira kepada malam hari bahwa sang fajar pasti datang mengusirnya dari puncak-puncak gunung dan dasar-dasar lembah. Kabarkan juga kepada orang yang dilanda kesusahan bahwa, pertolongan akan datang secepat kelebatan cahaya dan kedipan mata. Kabarkan juga kepada orang yang ditindas bahwa kelembutan dan dekapan hangat akan segera tiba.

Saat anda melihat hamparan padang sahara yang seolah memanjang tanpa batas, ketahuilah bahwa di balik kejauhan itu terdapat kebun yang rimbun penuh hijau dedaunan.

Ketika anda melihat seutas tali meregang kencang, ketahuilah bahwa, tali itu akan segera putus.

setiap tangisan akan berujung dengan senyuman, ketakutan akan berakhir dengan rasa aman, dan kegelisahan akan sirna oleh kedamaian.

Kobaran api tak mampu membakar tubuh Nabi Ibrahim As. Dan itu, kerana pertolongan Ilahi membuka "jendela" seraya berkata: "Hai api menjadi dinginlah dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim." (QS. Al-Anbiya:69)

Lautan luas tak kuasa menenggelamkan Kalimur Rahman (Musa As). Itu, tak lain kerana suara agung kala itu bertitah, "Sekali-kali tidak akan tersusul. Sesungguhnya, Rabb-ku besertaku, kelak Dia akan memberi petunjuk kepadaku." (QS. Asy-Syuara:62)

Ketika bersembunyi dari kejaran kaum kafir dalam sebuah gua, Nabi Muhammad Saw yang ma'shum mengabarkan kepada Abu Bakar bahwa Allah Yang Maha Tunggal dan Maha Tinggi ada bersama mereka. Sehingga rasa aman, tenteram dan tenang pun datang menyelimuti Abu Bakar.

Mereka yang terpaku pada waktu terbatas dan pada kondisi yang (mungkin) sangat kelam, umumnya hanya akan merasakan kesusahan, kesengsaraan, dan keputusasaan dalam hidup mereka. Itu, kerana mereka hanya menatap dinding-dinding kamar dan pintu-pintu rumah mereka. Padahal, mereka seharusnya menembuskan pandangan sampai ke belakang tabir dan berpikir lebih jauh tentang hal-hal yang berada di luar pagar rumahnya.

Maka dari itu, jangan pernah merasa terhimpit sejengkalpun, kerana setiap keadaan pasti berubah. Dan sebaik-baik ibadah adalah menanti kemudahan dengan sabar. Betapapun, hari demi hari akan terus bergulir, tahun demi tahun akan selalu berganti, malam demi malam pun datang silih berganti. Meski demikian, yang ghaib akan tetap tersembunyi, dan Sang Maha Bijaksana tetap pada keadaan dan segala sifatNya. Dan Allah mungkin akan menciptakan sesuatu yang baru setelah itu semua. Tetapi sesungguhnya, setelah kesulitan itu tetap akan muncul kemudahan.

diangkat dari buku Dr Aidh Al Qarni - "La tahzan"

Sunday, October 31, 2010

Hanya sementara



Semuanya sementara...., Terimalah penderitaan Anda
sebagai sementara,
yang akan segera disirnakan oleh Allah,
...jika Anda memohon dengan tulus dan
ikhlas bekerja untuk memperbaiki keadaan

Sadarilah bahwa kelebihan Anda
adalah sementara,
yang akan dilestarikan oleh Allah
jika Anda mensyukurinya
dan menjadikannya pembahagia
kehidupan sesama

Semua yang sementara
bisa diperbaiki atau dilestarikan,
bersama Allah

Amien

Mario Teguh

Saturday, October 30, 2010

Calon BIDADARI SYURGAKU

Teruntuk engkau calon bidadari syurgaku,
Semoga nanti ada ukhuwah yang lebih baik, setelah terbangun dari sebuah singgasana pelaminan yang megah itu, setelah arak-arakan penuh senyum ceria menemani perjalanan kita, ucapan selamat yang tidak berhenti silih berganti, semua dalah hitungan jam, kemudian berganti hari, kemudia usai. tertinggal kita, kita yang akan mengarungi bahtera baru dalam lautan luas membentang didepan kita, ada banyak karang disana, ombak yang tinggi pun akan selalu kita temui dalam perjalan kita menuju Cinta-NYA.

Adikku sayang???
Sebelum semua itu, kamu harus tau, bahwa mas hanyalah manusia biasa, hanya punya langit untuk tempat mas berlindung, hanya ada sepasang kaki untuk mas berjalan, mas hanya punya sepasang tangan untuk menengadah meminta sesuatu dari sang pemilik hidup ini, tiap harinya mas hanya berjalan kaki untuk mengais sedikit rejeki yang Allah berikan untuk mas, peluh keringat pun selalu muncul sampai kemudian kering, mas belum punya kereta kencana untuk selalu membawamu melangkah bangga ketidak berjalan disamping mas, mas pun tidak punya sesuatu atap yang megah, alas istirahatmu yang penuh kenyamanan, hanya angin alam yang mas punya untuk menyejukanmu.

Bukan apa-apa, tapi mas pengin kamu tau, agar engkau pun bersyukur, seperti syukur yang mas punya sekarang, mas hanyalah ingin jadi pria akhir zaman dihatimu bersama punya cita-cita membangun keturunan yang insyaAllah sholeh, aku hanya ingin jadi pelindungmu, dimana engkaulah yang akan jadi penghuni hatiku, kamu adalah navigator dikapalku, mas hanya ingin ketika mas jadi raja maka adik adalah orang pertama yang menikmati anggur singgasanaku bersama belajar adanya iman & takwa dikeluarga kita, dalam meniti sabar dan syukur.
kebahagiaan itu semoga terus mengalir sampai nanti kita dipertemukan kembali dalam indahnya syurganya Allah, disana engkaulah bidadariku, berkumpul kembali dengan semua orang yang kita cintai, semoga engkau benar yang dituliskan Allah di lauhmahfudNya, sebagai bagian dari tulang rusuk mas.

mas tidak bisa menuntut kamu untuk jadi siti khadijah, yang begitu setia dan pandai menjaga sampai akhir hayatnya, bukan pula siti hajar yang begitu setia ketika sengsara menimpanya, mas hanya ingin adik sebagai seorang wanita akhir jaman dihidup mas, yang terus berusaha menjadi istri yang sholekha..
semoga kita jadi keluarga yang pandai bersyukur, karena disaat hati kita bisa bersama untuk senantiasa sabar dan ikhlas terhadap sesuatu, ada rasa syukur yang mengalir disana, disaat itu pulalah kebahagian akan selalu mengair untuk kita
jangan pernah menyerah adik…Janji Allah selalu pasti, sudah di tuliskan dalam qadha dan qhadarnya Allah, Cinta kita nanti adalah cinta untuk bersama berma’rifat, bermahabbah untuk membuktikan diri bahwa kita benar-benar hanya MENCINTAI-NYA.
untukmu adikku(siapapun dia)…dipenantian yang takan pernah berarti sia-sia. nanti aku pasti menjemputmu bidadariku

oleh RENUNGAN N KISAH INSPIRATIF

Saturday, October 23, 2010

Ruang hampa

Menatap rinai titik hujan yang luruh ke bumi
Melepas nafas panjang dinginya hawa terasa,
aku masih saja tercengung dalam gulana
separuh jiwaku seolah menghilang,
berkali musim berganti telah ku lewati sendiri
sampai saatnya tiba ku ingn melepaskan luka

Ada ruang hampa dihati mengharap terisi
Ternyata adalah seorang lelaki tegarpun tak kuasa bertahan menanggung sepi
Menatap cakrawala haru kulihat pelangi
seusai badai semoga angin lembut membelai
pikiran melayang kini betapa ku butuh wanita setia yg belindung didada
memberi setangkup kasih mengaliri urat darahku.
sampai dunia berakhir tak sekalipn dunia berpaling

Ada ruang hampa dihati mengharap terisi
Ternyata adalah seorang lelaki tegarpun tak kuasa menanggung sepi
Hasratku…semua lembaran kelabu kan segera digurat warna digurat rasa
Ingin melepaskan luka
Tak kuasa menanggung sepi

by : Katon

Perjalanan Roh


Pernahkah anda hadir di sisi seseorang yang tengah menghadapi sakaratul maut, hingga jasadnya dingin, terbujur kaku, tak bergerak, karena ruhnya telah berpisah dengan badan? Lalu apa perasaan anda saat itu? Adakah anda mengambil pelajaran darinya? Adakah terpikir bahwa anda juga pasti akan menghadapi saat-saat seperti itu? Kemudian, pernahkah terlintas tanya di benak anda, ke mana ruh itu pergi setelah berpisah dengan jasad?
Hadits yang panjang dari Rasul yang mulia Shallallahu ‘alaihi wa sallam di bawah ini memberi ilmu kepada kita tentang hal itu. Simaklah…!
Sahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, Al-Bara` bin ‘Azib radhiyallahu ‘anhu berkisah, “Kami keluar bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk mengantar jenazah seorang dari kalangan Anshar. Kami tiba di pemakaman dan ketika itu lahadnya sedang dipersiapkan. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam duduk. Kami pun ikut duduk di sekitar beliau dalam keadaan terdiam, tak bergerak. Seakan-akan di atas kepala kami ada burung yang kami khawatirkan terbang. Di tangan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika itu ada sebuah ranting yang digunakannya untuk mencocok-cocok tanah. Mulailah beliau melihat ke langit dan melihat ke bumi, mengangkat pandangannya dan menundukkannya sebanyak tiga kali. Kemudian bersabda, “Hendaklah kalian meminta perlindungan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dari adzab kubur,” diucapkannya sebanyak dua atau tiga kali, lalu beliau berdoa, “Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari adzab kubur,” pinta beliau sebanyak tiga kali.
Setelahnya beliau bersabda, “Sesungguhnya seorang hamba yang mukmin apabila akan meninggalkan dunia dan menuju ke alam akhirat, turun kepadanya para malaikat dari langit. Wajah-wajah mereka putih laksana mentari. Mereka membawa kain kafan dan wangi-wangian dari surga. Mereka duduk dekat si mukmin sejauh mata memandang. Kemudian datanglah malaikat maut ‘alaihissalam hingga duduk di sisi kepala si mukmin seraya berkata, “Wahai jiwa yang baik, keluarlah menuju ampunan dan keridhaan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.”
Ruh yang baik itu pun mengalir keluar sebagaimana mengalirnya tetesan air dari mulut wadah kulit. Malaikat maut mengambilnya. (Dalam satu riwayat disebutkan: Hingga ketika keluar ruhnya dari jasadnya, seluruh malaikat di antara langit dan bumi serta seluruh malaikat yang ada di langit mendoakannya. Lalu dibukakan untuknya pintu-pintu langit. Tidak ada seorang pun malaikat yang menjaga pintu malaikat kecuali mesti berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar ruh si mukmin diangkat melewati mereka). Ketika ruh tersebut telah diambil oleh malaikat maut, tidak dibiarkan sekejap matapun berada di tangannya melainkan segera diambil oleh para malaikat yang berwajah putih. Mereka meletakkan/membungkus ruh tersebut di dalam kafan dan wangi-wangian yang mereka bawa. Dan keluarlah dari ruh tersebut wangi yang paling semerbak dari aroma wewangian yang pernah tercium di muka bumi. Kemudian para malaikat membawa ruh tersebut naik. Tidaklah mereka melewati sekelompok malaikat kecuali mesti ditanya, “Siapakah ruh yang baik ini?” Para malaikat yang membawanya menjawab, “Fulan bin Fulan,” disebut namanya yang paling bagus yang dulunya ketika di dunia orang-orang menamakannya dengan nama tersebut. Demikian, hingga rombongan itu sampai ke langit dunia. Mereka pun meminta dibukakan pintu langit untuk membawa ruh tersebut. Lalu dibukakanlah pintu langit. Penghuni setiap langit turut mengantarkan ruh tersebut sampai ke langit berikutnya, hingga mereka sampai ke langit ke tujuh. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “Tulislah catatan amal hamba-Ku ini di ‘Illiyin dan kembalikanlah ia ke bumi karena dari tanah mereka Aku ciptakan, ke dalam tanah mereka akan Aku kembalikan, dan dari dalam tanah mereka akan Aku keluarkan pada kali yang lain.”
Si ruh pun dikembalikan ke dalam jasadnya yang dikubur dalam bumi/tanah. Maka sungguh ia mendengar suara sandal orang-orang yang mengantarnya ke kuburnya ketika mereka pergi meninggalkannya. Lalu ia didatangi dua orang malaikat yang sangat keras hardikannya, keduanya menghardiknya, mendudukkannya lalu menanyakan padanya, “Siapakah Rabbmu?”
Ia menjawab, “Rabbku adalah Allah Subhanahu wa Ta’ala.”
Ditanya lagi, “Apa agamamu?”
“Agamaku Islam,” jawabnya.
“Siapakah lelaki yang diutus di tengah kalian?” tanya dua malaikat lagi
“Dia adalah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam,” jawabnya
“Apa amalmu?” pertanyaan berikutnya
“Aku membaca Kitabullah, lalu aku beriman dan membenarkannya,” jawabnya.
Ini adalah fitnah/ujian yang akhir yang diperhadapkan kepada seorang mukmin. Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala mengokohkannya sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya:
يُثَبِّتُ اللهُ الَّذِينَ آمَنُوا بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي اْلآخِرَةِ
“Allah menguatkan orang-orang yang beriman dengan ucapan yang tsabit/kokoh dalam kehidupan dunia dan dalam kehidupan akhirat.” (Ibrahim: 27)
Terdengarlah suara seorang penyeru dari langit yang menyerukan, “Telah benar hamba-Ku. Maka bentangkanlah untuknya permadani dari surga. Pakaikanlah ia pakaian dari surga, dan bukakan untuknya sebuah pintu ke surga!”
Lalu datanglah kepada si mukmin ini wangi dan semerbaknya surga serta dilapangkan baginya kuburnya sejauh mata memandang. Kemudian ia didatangi oleh seseorang yang berwajah bagus, berpakaian bagus dan harum baunya, seraya berkata, “Bergembiralah dengan apa yang menggembirakanmu. Inilah harimu yang pernah dijanjikan kepadamu.”
Si mukmin bertanya dengan heran, “Siapakah engkau? Wajahmu merupakan wajah yang datang dengan kebaikan.”
“Aku adalah amal shalihmu. Demi Allah, aku tidak mengetahui dirimu melainkan seorang yang bersegera menaati Allah Subhanahu wa Ta’ala dan lambat dalam bermaksiat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala membalasmu dengan kebaikan,” jawab yang ditanya
Kemudian dibukakan untuknya sebuah pintu surga dan sebuah pintu neraka, lalu dikatakan, “Ini adalah tempatmu seandainya engkau dulunya bermaksiat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, lalu Allah Subhanahu wa Ta’ala menggantikan bagimu dengan surga ini.” Maka bila si mukmin melihat apa yang ada dalam surga, ia pun berdoa, “Wahai Rabbku, segerakanlah datangnya hari kiamat agar aku dapat kembali kepada keluarga dan hartaku.”
Dikatakan kepadanya, “Tinggallah engkau.”
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melanjutkan penuturan beliau tentang perjalanan ruh. Beliau bersabda, “Sesungguhnya seorang hamba yang kafir (dalam satu riwayat: hamba yang fajir) apabila akan meninggalkan dunia dan menuju ke alam akhirat, turun kepadanya dari langit para malaikat yang keras, kaku, dan berwajah hitam. Mereka membawa kain yang kasar dari neraka. Mereka duduk dekat si kafir sejauh mata memandang. Kemudian datanglah malaikat maut hingga duduk di sisi kepala si kafir seraya berkata, “Wahai jiwa yang buruk, keluarlah menuju kemurkaan dan kemarahan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.”
Ruh yang buruk itu pun terpisah-pisah/berserakan dalam jasadnya, lalu ditarik oleh malaikat maut sebagaimana dicabutnya besi yang banyak cabangnya dari wol yang basah, hingga tercabik-cabik urat dan sarafnya. Seluruh malaikat di antara langit dan bumi dan seluruh malaikat yang ada di langit melaknatnya. Pintu-pintu langit ditutup. Tidak ada seorang pun malaikat penjaga pintu kecuali berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar ruh si kafir jangan diangkat melewati mereka. Kemudian malaikat maut mengambil ruh yang telah berpisah dengan jasad tersebut, namun tidak dibiarkan sekejap mata pun berada di tangan malaikat maut melainkan segera diambil oleh para malaikat yang berwajah hitam lalu dibungkus dalam kain yang kasar. Dan keluarlah dari ruh tersebut bau bangkai yang paling busuk yang pernah didapatkan di muka bumi. Kemudian para malaikat membawa ruh tersebut naik. Tidaklah mereka melewati sekelompok malaikat kecuali mesti ditanya, “Siapakah ruh yang buruk ini?” Para malaikat yang membawanya menjawab, “Fulan bin Fulan,” disebut namanya yang paling jelek yang dulunya ketika di dunia ia dinamakan dengannya. Demikian, hingga rombongan itu sampai ke langit dunia, mereka pun meminta dibukakan pintu langit untuk membawa ruh tersebut, namun tidak dibukakan.”
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian membaca ayat:
لاَ تُفَتَّحُ لَهُمْ أَبْوَابُ السَّمَاءِ وَلاَ يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ حَتَّى يَلِجَ الْجَمَلُ فِي سَمِّ الْخِيَاطِ
“Tidak dibukakan untuk mereka pintu-pintu langit dan mereka tidak akan masuk ke dalam surga sampai unta bisa masuk ke lubang jarum.” (Al-A’raf: 40)
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, ‘Tulislah catatan amalnya di Sijjin, di bumi yang paling bawah.’ Lalu ruhnya dilemparkan begitu saja.”
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian membaca ayat:
وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللهِ فَكَأَنَّمَا خَرَّ مِنَ السَّمَاءِ فَتَخْطَفُهُ الطَّيْرُ أَوْ تَهْوِي بِهِ الرِّيحُ فِي مَكَانٍ سَحِيقٍ
“Dan siapa yang menyekutukan Allah maka seakan-akan ia jatuh tersungkur dari langit lalu ia disambar oleh burung atau diempaskan oleh angin ke tempat yang jauh lagi membinasakan.” (Al-Hajj: 31)
Si ruh pun dikembalikan ke dalam jasadnya yang dikubur dalam bumi/tanah. Lalu ia didatangi dua orang malaikat yang sangat keras hardikannya. Keduanya menghardiknya, mendudukkannya dan menanyakan kepadanya, “Siapakah Rabbmu?”
Ia menjawab, “Hah… hah… Aku tidak tahu.”
Ditanya lagi, “Apa agamamu?”
“Hah… hah… Aku tidak tahu,” jawabnya.
“Siapakah lelaki yang diutus di tengah kalian?” tanya dua malaikat lagi.
Kembali ia menjawab, “Hah… hah… aku tidak tahu.”
Terdengarlah suara seorang penyeru dari langit yang menyerukan, “Telah dusta orang itu. Maka bentangkanlah untuknya hamparan dari neraka dan bukakan untuknya sebuah pintu ke neraka!”
Lalu datanglah kepadanya hawa panasnya neraka dan disempitkan kuburnya hingga bertumpuk-tumpuk/tumpang tindih tulang rusuknya (karena sesaknya kuburnya). Kemudian seorang yang buruk rupa, berpakaian jelek dan berbau busuk mendatanginya seraya berkata, “Bergembiralah dengan apa yang menjelekkanmu. Inilah harimu yang pernah dijanjikan kepadamu.”
Si kafir bertanya dengan heran, “Siapakah engkau? Wajahmu merupakan wajah yang datang dengan kejelekan.”
“Aku adalah amalmu yang jelek. Demi Allah, aku tidak mengetahui dirimu ini melainkan sebagai orang yang lambat untuk menaati Allah Subhanahu wa Ta’ala, namun sangat bersegera dalam bermaksiat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala membalasmu dengan kejelekan,” jawab yang ditanya.
Kemudian didatangkan kepadanya seorang yang buta, bisu lagi tuli. Di tangannya ada sebuah tongkat dari besi yang bila dipukulkan ke sebuah gunung niscaya gunung itu akan hancur menjadi debu. Lalu orang yang buta, bisu dan tuli itu memukul si kafir dengan satu pukulan hingga ia menjadi debu. Kemudian Allah Subhanahu wa Ta’ala mengembalikan jasadnya sebagaimana semula, lalu ia dipukul lagi dengan pukulan berikutnya. Ia pun menjerit dengan jeritan yang dapat didengar oleh seluruh makhluk, kecuali jin dan manusia. Kemudian dibukakan untuknya sebuah pintu neraka dan dibentangkan hamparan neraka, maka ia pun berdoa, “Wahai Rabbku! Janganlah engkau datangkan hari kiamat.” (HR. Ahmad 4/287, 288, 295, 296, Abu Dawud no. 3212, 4753, dll, dishahihkan Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullahu dalam Shahih Abi Dawud dan Ahkamul Jana`iz hal. 202)
Pembaca yang mulia, berita yang shahih dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pasti benar adanya karena:
وَمَا يَنْطِقُ عَنِ الْهَوَى. إِنْ هُوَ إِلاَّ وَحْيٌ يُوحَى
“Tidaklah beliau berbicara dari hawa nafsunya, hanyalah yang beliau sampaikan adalah wahyu yang diwahyukan kepadanya.” (An-Najm: 3-4)
Maka setelah membaca pengabaran beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam di atas, masihkah tersisa angan yang panjang dalam kehidupan dunia ini? Adakah jiwa masih berani bermaksiat kepada Rabbul ‘Izzah dan enggan untuk taat kepada-Nya? Manakah yang menjadi pilihan saat harus menghadapi kenyataan datangnya maut menjemput: ruh diangkat dengan penuh kemuliaan ke atas langit lalu beroleh kenikmatan kekal, ataukah diempaskan dengan hina-dina lalu beroleh adzab yang pedih?
Bagi hati yang lalai, bangkit dan berbenah dirilah untuk menghadapi “hari esok” yang pasti datangnya. Adapun hati yang ingat, istiqamah-lah sampai akhir…
Sungguh hati seorang mukmin akan dicekam rasa takut disertai harap dengan berita di atas, air mata mengalir tak terasa, tangan pun tengadah memohon kepada Dzat Yang Maha Pengasih lagi Penyayang, “Ya Allah, berilah kami taufik kepada kebaikan dan istiqamah di atasnya sampai akhir hidup kami. Jangan jadikan kami silau dan tertipu dengan kehidupan dunia yang fana hingga melupakan pertemuan dengan-Mu. Wafatkanlah kami dalam keadaan husnul khatimah. Lindungi kami dari adzab kubur dan dari siksa neraka yang amat pedih. Ya Arhamar Rahimin, berilah nikmat kepada kami dengan surga-Mu yang seluas langit dan bumi. Amin… Ya Rabbal ‘Alamin.”
Wallahu ta’ala a’lam bish-shawab.
SUMBER:http://www.majalahsyariah.com/syariah.php?menu=detil&id_online=640

Monday, October 18, 2010

Atas Nama Keikhlasan


Terkadang aku termenung, mengapa sedini ini semua terlimpah untukku, kenyataan demi kenyataan yang menghentak yang harus dihadapi tanpa boleh ada penolakan yang terungkap. Wajib bagiku sebagai hamba yang beriman atas segala ujian tuk ikhlas menerima, tapi aku bertanya terhadap diri sendiri, inikah yang dinamakan ikhlas, sementara pergolakan batin masih bergemuruh, ikhlaskah aku. Sekali lagi aku hanyalah manusia biasa yang tak luput dari segala khilaf dan dosa.

Bukan keluhan yang bertubi-tubi, tapi terkadang aku bertanya tentang keadilan , mungkin
sebuah permohonan yang wajar sebagai hamba yang lemah.

Lara yang mendalam tak henti menghujamku, ntah akupun bingung lara untuk apa, sedangkan semua sudah kehendakNYA, semua tlah kutrima, selama bertahun-tahun, tapi mengapa lara masih saja menghujam, padahal semua sudah terbiasa.

Kekuatan demi kekuatan yang mengikatku dari badai dan angin, membuatku masih berdiri dari kenyataan demi kenyataan ini. Subhanallah…hanya itu yang slalu keluar dari bibirku , rasa syukur atas anugerahNYA.
Ya Ilahi, bukan aku menantangi dengan segala cobaanMU, dengan memohon agar atribut sabar slalu terpatri dalam hidup dan jiwaku, semua hanya dengan kekuatanMU lah hambamu ini sampai keharibaanMU untuk selamat, disaat hariku sudah diambang penghabisan dari titik kehidupan.
Ya Ilahi, teguhkanlah kesadaran atas segala apa yang ada dalam kekurangan pada diri ini, karena aku tak luput dari segala kekurangan.
Ya Ilahi, cukuplah hambamu ini yang mendapat ujian yang terlalu panjang dan berat, semua yang tak mungkin aku hindari, karena kenyataan ini ada dihadapan slalu tanpa bergeming dan bergeser. Jangan biarkan hambamu yang lain merasakan sentuhan ujian ini, walau itu sudah menjadi dusurMu, akh…mengapa aku melawan takdir dari gerutuan ini, Ampun …duh Gusti, kelelahan dalam perjalanan menujuMU sedang datang menghampiri, aku berjanji aku akan slalu mencari bekal kembali, yang sepatutnya aku cari agar dahaga dan keroncongan hati dan jiwa tak kerontang yang menjadikan lelah.
Ya Ilahi, ampunku beribu- ribu, Kau maha dari segala maha, aku memohon... ampuni dosa-dosa dari gerutuan hati yang melawan dusurMU ini, karena dari lemahnya kelelahan batin yang kerontang.
“ Kau adalah pilihan dan kiriman Tuhan !” perkataan penguat darimu, yang selalu terngiang lembut menggema ditelingaku. Aku akan dan masih menyelami arti dua sisi yang kau berikan padaku. Satu sisi kau yang membuat aku untuk sabar dengan pilhanmu , sisi lain kata hikmah slalu kau sajikan untuk pengobat jiwa yang rapuh. Akh…kau membuatku selalu menjadi teka teki.

Friday, September 24, 2010

Cara hubungi handphone Allah

Wahai para pengguna hp di dunia ketahuilah bahwasanya ada pelajaran yang tersirat dan tersurat dari teknologi cara kerja hp yang dewasa ini kita pakai dalam urusan2 sehari-hari ini, teknologi canggih ini adalah buatan manusia yang telah diridhoi dan diizinkan oleh ALLAH SWT sehingga manusia dapat menemukannya dan memanfaatkannya untuk memudahkan dalam urusannya berkomunisasi antar manusia yang notabene ilmu ini adalah bagaikan setetes air di lautan dengan MAHA ILMUNYA ALLAH SWT.
Dan bila kita ingin berkomunikasi dengan ALLAH SWT perlukah hp? jawabnya adalah YA! tapi hp di sini adalah singkatan dari himpunan pahala. Seperti kita ketahui bahwa manusia mempunyai berbagai macam hajat dan keinginannya dan itu jutaan manusia dengan aneka ragam maksud dan tujuannya, berkomunikasi dengan NYA yang dimanifestasikan dengan yang kita sebut berDOA. Sudahkah kita punya hp dan pulsa untuk tersambung dengan Maha Provider supaya komunikasi lancar dan tersambung?. Saudaraku analoginya begini, hp adalah hardwarenya yaitu kita – wajah kita jasmani rohani kita yang harus kita jaga dari perbuatan2 yang dilarang agama karena semua panca indra kita akan dimintai pertanggungan jawab. Lalu passwordnya yaitu ibadah sholat yang tata tertib dan rukun2nya harus benar sebagaimana password kalau tidak tepat tidak akan match, lalu pulsa sudahkah punya banyak pulsa yaitu amal kebajikan tabungan pahala zakat infak sadaqah dan segala yang diperintahkan agama dengan pahala yang dijanjikan. Kalau semuanya sudah oke maka silahkan berkomunikasi dengan yang MAHA PROVIDER dimanapun kapanpun pasti akan sampai /diijabah olehNYA .
Tak terpikirkah oleh mu sms yang dilakukan oleh berjuta manusia dengan bersama-sama tidak tertukar sedikit pun baik titik komanya yang mana itu adalah hasil kerja dari provider buatan manusia yang hanya setetes air di lautan dari ilmu ALLAH SWT yang MAHA pengatur dunia dan seisinya.

Dari catatan si cipluk

Saturday, August 28, 2010

Do'a saat bingung mengatasi utang

Tidak seorangpun manusia yang suka terlilit hutang. Baik dia beriman maupun tidak. Sebab ketika terbebani hutang seseorang biasanya menjadi bingung dan kehabisan gairah beraktifitas. Kreatifitas diri dan dinamika menurun. Ia tenggelam dalam kesedihan dan perasaan tertekan memikirkan hutangnya yang belum sanggup ia lunasi.

Abu Said Al-Khudhri radhiyallahu ’anhu bertutur: “Pada suatu hari Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam masuk masjid. Tiba-tiba ada seorang sahabat bernama Abu Umamah radhiyallahu ’anhu sedang duduk di sana. Beliau bertanya: ”Wahai Abu Umamah, kenapa aku melihat kau sedang duduk di luar waktu sholat?” Ia menjawab: ”Aku bingung memikirkan hutangku, wahai Rasulullah.” Beliau bertanya: ”Maukah aku ajarkan kepadamu sebuah do’a yang apabila kau baca maka Allah ta’aala akan menghilangkan kebingunganmu dan melunasi hutangmu?” Ia menjawab: ”Tentu, wahai Rasulullah.” Beliau bersabda, ”Jika kau berada di waktu pagi maupun sore hari, bacalah do’a:

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ الْهَمِّ وَالْحَزَنِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ الْجُبْنِ وَالْبُخْلِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ غَلَبَةِ الدَّيْنِ وَقَهْرِ الرِّجَالِ

”Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau dari bingung dan sedih. Aku berlindung kepada Engkau dari lemah dan malas. Aku berlindung kepada Engkau dari pengecut dan kikir. Dan aku berlindung kepada Engkau dari tekanan hutang dan kesewenang-wenangan manusia.”
Kata Abu Umamah: ”Setelah membaca do’a tersebut, Allah ta’aala berkenan menghilangkan kebingunganku dan membayarkan lunas hutangku.” (HR Abu Dawud 4/353)

Ada beberapa pelajaran yang bisa ditarik dari hadits di atas. Di antaranya ialah ternyata sahabat merupakan manusia biasa seperti kebanyakan manusia pada umumnya. Bilamana ia terlibat hutang maka ia menjadi bingung dan sedih. Hal ini jelas dinyatakan oleh Abu Umamah radhiyallahu ’anhu. Sahabat yang satu ini saking sedih dan bingungnya menghadapi lilitan hutang hingga kedapatan oleh Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam sedang berdiam diri di dalam masjid di luar jam biasanya seseorang berada di masjid.

Pelajaran lainnya ialah bahwa sahabat tatkala ditawari doa oleh Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam untuk menghilangkan kebingungan dan mengatasi beban hutangnya, maka tanpa ragu sedikitpun ia menyambut dan menerimanya. Bahkan dengan segera ia amalkan, sehingga dengan izin Allah subhaanahu wa ta’aala tak lama sesudah ia rajin berdoa, Allah subhaanahu wa ta’aala berkenan mengatasi problem hutangnya.

Tentunya sahabat Abu Umamah radhiyallahu ’anhu membaca doa bukan sekedar seperti orang bernyanyi tanpa memahami dan meyakini kekuatan doa tersebut. Di samping berdoa ia berusaha sekuat tenaga mengatasi apa-apa yang ia lontarkan dalam doanya. Ia berusaha mengatasi bingungnya, sedihnya, lemah dirinya, malasnya dan ketidakberdayaannya menghadapi kesewenang-wenangan manusia kepada dirinya. Demikianlah para sahabat radhiyallahu ’anhum. Mereka merupakan anak didik terbaik Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam sehingga mereka tidak pernah meragukan kekuatan doa. Barangkali jika di zaman sekarang ada orang yang datang kepada seseorang mengeluhkan problem hutangnya kemudian diberikan jalan keluar berupa doa kepada Allah subhaanahu wa ta’aala, ia akan marah dan merasa dipermainkan.

Artinya, jika kita sedang bingung lantaran problem hutang yang tidak kunjung terlunasi, maka hendaknya kitapun mengikuti jejak generasi terbaik para sahabat radhiyallahu ’anhum tersebut. Mereka sungguh telah menghayati kebenaran firman Allah ta’aala di dalam Kitab-Nya:

وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ

“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo`a apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah) Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (QS Al-Baqarah ayat 186)

Dari ayat di atas dapat kita simpulkan beberapa pelajaran yang sangat penting:

(1) Allah ta’aala itu dekat. Artinya jangan kira Allah ta’aala tidak melihat dan mengetahui segala apa yang berkecamuk di dalam diri kita. Termasuk segala kesulitan yang kita hadapi.

(2) Asalkan permohonan diajukan kepada Allah ta’aala, maka Allah ta’aala berjanji pasti akan mengabulkannya

(3) Agar lebih besar kemungkinan dikabulkannya, hendaklah kita penuhi segenap perintah Allah ta'aaladan tentunya tinggalkan segenap larangan-Nya

(4) Berimanlah kepada Allah ta’aala. Sebab Allah ta’aala memliki nama-nama yang baik (Asmaa-ul Husna). Allah ta’aala Dialah yang Maha Kaya, Maha Mendengar, Maha Pengasih, Maha Penyayang dan Maha Kuasa mengabulkan segenap doa hamba-hambaNya.

Monday, August 2, 2010

Keputusan hidup ....

PRIBADI YANG PANTAS DIJADIKAN


Sejak muda dulu,

saya tahu bahwa TUHAN BUKAN TUKANG SULAP, YANG AKAN MEMPERKAYA KITA TANPA KEPANTASAN.

Maka,
...
Young Mario’s RULE OF FOUR:

1. Bersikap dan berlaku baik, agar saya menjadi orang baik.
2. Menggembirakan orang lain, agar saya diperhatikan.
3. Bekerja untuk menghasilkan, agar saya diutamakan.
4. Mendukung mimpi besar orang lain, agar saya dibantu.

"JADILAH PRIBADI YANG PANTAS DIJADIKAN."

Mario Teguh

TUHAN SELALU MEMBERIKAN YANG TERBAIK,


sesuai dengan kualitas kita yang SEKARANG.

Coba bayangkan JIKA KITA LEBIH BERKUALITAS.

...Jika kita menjadi sebaik-baik manusia, YANG BERMANFAAT BAGI SESAMA.

Atau jika kita menjadi JIWA YANG MENEGAKKAN AGAMANYA SEBAGAI RAHMAT BAGI ALAM SEMESTA.

Seandainya saja setiap jiwa MENGETAHUI INDAHNYA HIDUP IKHLAS DALAM KEBAIKAN, yang di dalamnya TIDAK ADA PERHITUNGAN RUGI.

Mario Teguh

Tuesday, June 29, 2010

Orang Mukmin Tak Penah Stress .....

Kesusahan Dan Kesulitan
Adalah laksana Musim Dingin,Basah Dan Lembab
Tidak Di Sukai Insan
Tetapi sesudah musim sejuklah
Tumbuh Bunga-Bunga Yang Harum
Dan Buah-Buahan Yang Subur

Sebagai hamba Allah, dalam kehidupan di dunia manusia tidak akan luput dari berbagai cobaan, baik kesusahan maupun kesenangan, sebagai sunnatullah yang berlaku bagi setiap insan, yang beriman maupun kafir. Allah Ta’ala berfirman,

وَنَبْلُوكُمْ بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ

“Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya), dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.” (Qs Al Anbiya’: 35)

Ibnu Katsir –semoga Allah Ta’ala merahmatinya– berkata, “Makna ayat ini yaitu: Kami menguji kamu (wahai manusia), terkadang dengan bencana dan terkadang dengan kesenangan, agar Kami melihat siapa yang bersyukur dan siapa yang ingkar, serta siapa yang bersabar dan siapa yang beputus asa.” (Tafsir Ibnu Katsir, 5/342, Cet Daru Thayyibah)

Kebahagiaan hidup dengan bertakwa kepada Allah

Allah Ta’ala dengan ilmu-Nya yang Maha Tinggi dan Hikmah-Nya yang Maha Sempurna menurunkan syariat-Nya kepada manusia untuk kebaikan dan kemaslahatan hidup mereka. Oleh karena itu, hanya dengan berpegang teguh kepada agama-Nyalah seseorang bisa merasakan kebahagiaan hidup yang hakiki di dunia
dan akhirat. Allah Ta’ala berfirman,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اسْتَجِيبُوا لِلَّهِ وَلِلرَّسُولِ إِذَا دَعَاكُمْ لِمَا يُحْيِيكُمْ

“Hai orang-orang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul-Nya yang mengajak kamu kepada suatu yang memberi (kemaslahatan) hidup bagimu.” (Qs al-Anfaal: 24)

Ibnul Qayyim -semoga Allah Ta’ala merahmatinya- berkata, “Ayat ini menunjukkan bahwa kehidupan yang bermanfaat hanyalah didapatkan dengan memenuhi seruan Allah dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam. Maka barangsiapa yang tidak memenuhi seruan Allah dan Rasul-Nya, maka dia tidak akan merasakan kehidupan (yang baik). Meskipun dia memiliki kehidupan (seperti) hewan yang juga dimiliki oleh binatang yang paling hina (sekalipun). Maka kehidupan baik yang hakiki adalah kehidupan seorang yang memenuhi seruan Allah dan Rasul-Nya secara lahir maupun batin.” (Kitab Al Fawa-id, hal. 121, Cet. Muassasatu Ummil Qura’)

Inilah yang ditegaskan oleh Allah Ta’ala dalam banyak ayat al-Qur’an, di antaranya firman-Nya,

مَنْ عَمِلَ صَالِحاً مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik (di dunia), dan sesungguhnya akan Kami berikan balasan kepada mereka (di akhirat) dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (Qs ِAn Nahl: 97)

Dalam ayat lain, Allah Ta’ala berfirman,

وَأَنِ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ يُمَتِّعْكُمْ مَتَاعاً حَسَناً إِلَى أَجَلٍ مُسَمّىً وَيُؤْتِ كُلَّ ذِي فَضْلٍ فَضْلَهُ

“Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Rabbmu dan bertaubat kepada-Nya. (Jika kamu
mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik kepadamu (di dunia) sampai kepada waktu yang telah ditentukan dan Dia akan memberi kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya (di akhirat nanti)” (Qs Huud: 3)

Dalam mengomentari ayat-ayat di atas, Ibnul Qayyim mengatakan, “Dalam ayat-ayat ini Allah Ta’ala menyebutkan bahwa Dia akan memberikan balasan kebaikan bagi orang yang berbuat kebaikan dengan dua balasan: balasan (kebaikan) di dunia dan balasan (kebaikan) di akhirat.” (Al Waabilush Shayyib, hal. 67, Cet. Darul Kitaabil ‘Arabi)

Oleh karena itulah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menggambarkan ibadah shalat, yang dirasakan sangat berat oleh orang-orang munafik, sebagai sumber kesejukan dan kesenangan hati, dalam sabda beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam,

وجعلت قرة عيني في الصلاة

“Dan Allah menjadikan qurratul ‘ain bagiku pada (waktu aku melaksanakan) shalat.” (HR. Ahmad 3/128, An Nasa’i 7/61 dan imam-imam lainnya, dari Anas bin Malik, dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahihul Jaami’ish Shagiir, hal. 544)

Makna qurratul ‘ain adalah sesuatu yang menyejukkan dan menyenangkan hati. (Lihat Fatul Qadiir, Asy Syaukaani, 4/129)

Sikap seorang mukmin dalam menghadapi masalah

Dikarenakan seorang mukmin dengan ketakwaannya kepada Allah Ta’ala, memiliki kebahagiaan yang hakiki dalam hatinya, maka masalah apapun yang dihadapinya di dunia ini tidak membuatnya mengeluh atau stres, apalagi berputus asa. Hal ini disebabkan karena keimanannya yang kuat kepada Allah Ta’ala sehingga membuat dia yakin bahwa apapun ketetapan yang Allah Ta’ala berlakukan untuk dirinya maka itulah yang terbaik baginya. Dengan keyakinannya ini Allah Ta’ala akan memberikan balasan kebaikan baginya berupa ketenangan dan ketabahan dalam jiwanya. Inilah yang dinyatakan oleh Allah Ta’ala dalam firman-Nya,

مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ وَمَنْ يُؤْمِنْ بِاللَّهِ يَهْدِ قَلْبَهُ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ

“Tidak ada sesuatu musibah pun yang menimpa (seseorang) kecuali denga izin Allah; Dan barang siapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk ke (dalam) hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (Qs At Taghaabun: 11)

Ibnu Katsir mengatakan, “Makna ayat ini: seseorang yang ditimpa musibah dan dia meyakini bahwa musibah tersebut merupakan ketentuan dan takdir Allah, sehingga dia bersabar dan mengharapkan (balasan pahala dari Allah Ta’ala), disertai (perasaan) tunduk berserah diri kepada ketentuan Allah tersebut, maka Allah akan memberikan petunjuk ke (dalam) hatinya dan menggantikan musibah dunia yang menimpanya dengan petunjuk dan keyakinan yang benar dalam hatinya, bahkan bisa jadi Dia akan menggantikan apa yang hilang darinya dengan yang lebih baik baginya.” (Tafsir Ibnu Katsir, 8/137)
Inilah sikap seorang mukmin dalam menghadapi musibah yang menimpanya. Meskipun Allah Ta’ala dengan hikmah-Nya yang maha sempurna telah menetapkan bahwa musibah itu akan menimpa semua manusia, baik orang yang beriman maupun orang kafir, akan tetapi orang yang beriman memiliki keistimewaan yang tidak dimiliki oleh orang kafir, yaitu ketabahan dan pengharapan pahala dari Allah Ta’ala dalam mengahadapi musibah tersebut. Tentu saja semua ini akan semakin meringankan beratnya musibah tersebut bagi seorang mukmin.

Dalam menjelaskan hikmah yang agung ini, Ibnul Qayyim mengatakan, “Sesungguhnya semua (musibah) yang menimpa orang-orang yang beriman dalam (menjalankan agama) Allah senantiasa disertai dengan sikap ridha dan ihtisab (mengharapkan pahala dari-Nya). Kalaupun sikap ridha tidak mereka miliki maka pegangan mereka adalah sikap sabar dan ihtisab (mengharapkan pahala dari-Nya). Ini (semua) akan meringankan beratnya beban musibah tersebut. Karena setiap kali mereka menyaksikan (mengingat) balasan (kebaikan) tersebut, akan terasa ringan bagi mereka menghadapi kesusahan dan musibah tersebut. Adapun orang-orang kafir, maka mereka tidak memiliki sikap ridha dan tidak pula ihtisab (mengharapkan pahala dari-Nya). Kalaupun mereka bersabar (menahan diri), maka (tidak lebih) seperti kesabaran hewan-hewan (ketika mengalami kesusahan). Sungguh Allah telah mengingatkan hal ini dalam firman-Nya,

وَلا تَهِنُوا فِي ابْتِغَاءِ الْقَوْمِ إِنْ تَكُونُوا تَأْلَمُونَ فَإِنَّهُمْ يَأْلَمُونَ كَمَا تَأْلَمُونَ وَتَرْجُونَ مِنَ اللَّهِ مَا لا يَرْجُونَ

“Janganlah kamu berhati lemah dalam mengejar mereka (musuhmu). Jika kamu menderita kesakitan, maka sesungguhnya merekapun menderita kesakitan (pula), sebagaimana kamu menderitanya, sedang kamu mengharap dari Allah apa yang tidak mereka harapkan.” (Qs An Nisaa’: 104)

Oleh karena itu, orang-orang mukmin maupun kafir sama-sama menderita kesakitan. Akan tetapi, orang-orang mukmin teristimewakan dengan pengharapan pahala dan kedekatan dengan Allah Ta’ala.” (Ighaatsatul Lahfan, hal. 421-422, Mawaaridul Amaan)

Hikmah cobaan

Di samping sebab-sebab yang kami sebutkan di atas, ada faktor lain yang tak kalah pentingnya dalam meringankan semua kesusahan yang dialami seorang mukmin dalam kehidupan di dunia, yaitu dengan dia merenungkan dan menghayati hikmah-hikmah agung yang Allah Ta’ala jadikan dalam setiap ketentuan yang diberlakukan-Nya bagi hamba-hamba-Nya yang beriman dan bertakwa. Karena dengan merenungkan hikmah-hikmah tersebut dengan seksama, seorang mukmin akan mengetahui dengan yakin bahwa semua cobaan yang menimpanya pada hakikatnya adalah justru untuk kebaikan bagi dirinya, dalam rangka menyempurnakan keimanannya dan semakin mendekatkan diri-Nya kepada Allah Ta’ala.
Semua ini di samping akan semakin menguatkan kesabarannya, juga akan membuatnya selalu bersikap husnuzh zhann (berbaik sangka) kepada Allah Ta’ala dalam semua musibah dan cobaan yang menimpanya. Dengan sikap ini Allah Ta’ala akan semakin melipatgandakan balasan kebaikan baginya, karena Allah akan memperlakukan seorang hamba sesuai dengan persangkaan hamba tersebut kepada-Nya, sebagaimana firman-Nya dalam sebuah hadits qudsi:

أنا عند ظنّ عبدي بي

“Aku (akan memperlakukan hamba-Ku) sesuai dengan persangkaannya kepadaku.” (HSR al-Bukhari no. 7066 dan Muslim no. 2675)

Makna hadits ini: Allah akan memperlakukan seorang hamba sesuai dengan persangkaan hamba tersebut kepada-Nya, dan Dia akan berbuat pada hamba-Nya sesuai dengan harapan baik atau buruk dari hamba tersebut, maka hendaknya hamba tersebut selalu menjadikan baik persangkaan dan harapannya kepada Allah Ta’ala. (Lihat kitab Faidhul Qadiir, 2/312 dan Tuhfatul Ahwadzi, 7/53)
Di antara hikmah-hikmah yang agung tersebut adalah:

[Pertama]

Allah Ta’ala menjadikan musibah dan cobaan tersebut sebagai obat pembersih untuk mengeluarkan semua kotoran dan penyakit hati yang ada pada hamba-Nya, yang kalau seandainya kotoran dan penyakit tersebut tidak dibersihkan maka dia akan celaka (karena dosa-dosanya), atau minimal berkurang pahala dan derajatnya di sisi Allah Ta’ala. Oleh karena itu, musibah dan cobaanlah yang membersihkan penyakit-penyakit itu, sehingga hamba tersebut akan meraih pahala yang sempurna dan kedudukan yang tinggi di sisi Allah Ta’ala (Lihat keterangan Ibnul Qayyim dalam Ighaatsatul Lahfan hal. 422, Mawaaridul Amaan). Inilah makna sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,

“Orang yang paling banyak mendapatkan ujian/cobaan (di jalan Allah Ta’ala) adalah para Nabi, kemudian orang-orang yang (kedudukannya) setelah mereka (dalam keimanan) dan orang-orang yang (kedudukannya) setelah mereka (dalam keimanan), (setiap) orang akan diuji sesuai dengan (kuat/lemahnya) agama (iman)nya, kalau agamanya kuat maka ujiannya pun akan (makin) besar, kalau agamanya lemah maka dia akan diuji sesuai dengan (kelemahan) agamanya, dan akan terus-menerus ujian itu (Allah Ta’ala) timpakan kepada seorang hamba sampai (akhirnya) hamba tersebut berjalan di muka bumi dalam keadaan tidak punya dosa (sedikitpun)” (HR At Tirmidzi no. 2398, Ibnu Majah no. 4023, Ibnu Hibban 7/160, Al Hakim 1/99 dan lain-lain, dishahihkan oleh At Tirmidzi, Ibnu Hibban, Al Hakim, Adz Dzahabi dan Syaikh Al Albani dalam Silsilatul Ahaadits Ash Shahihah, no. 143)

[Kedua]

Allah Ta’ala menjadikan musibah dan cobaan tersebut sebagai sebab untuk menyempurnakan penghambaan diri dan ketundukan seorang mukmin kepada-Nya, karena Allah Ta’ala mencintai hamba-Nya yang selalu taat beribadah kepada-Nya dalam semua keadaan, susah maupun senang (Lihat keterangan Ibnul Qayyim dalam Ighaatsatul Lahfan, hal. 424, Mawaaridul amaan) Inilah makna sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Alangkah mengagumkan keadaan seorang mukmin, karena semua keadaannya (membawa) kebaikan (untuk dirinya), dan ini hanya ada pada seorang mukmin; jika dia mendapatkan kesenangan dia akan bersyukur, maka itu adalah kebaikan baginya, dan jika dia ditimpa kesusahan dia akan bersabar, maka itu adalah kebaikan baginya.” (HSR Muslim no. 2999)

[Ketiga]

Allah Ta’ala menjadikan musibah dan cobaan di dunia sebagai sebab untuk menyempurnakan keimanan seorang hamba terhadap kenikmatan sempurna yang Allah Ta’ala sediakan bagi hamba-Nya yang bertakwa di surga kelak. Inilah keistimewaan surga yang menjadikannya sangat jauh berbeda dengan keadaan dunia, karena Allah menjadikan surga-Nya sebagai negeri yang penuh kenikmatan yang kekal abadi, serta tidak ada kesusahan dan penderitaan padanya selamanya. Sehingga kalau seandainya seorang hamba terus-menerus merasakan kesenangan di dunia, maka tidak ada artinya keistimewaan surga tersebut, dan dikhawatirkan hamba tersebut hatinya akan terikat kepada dunia, sehingga lupa untuk mempersiapkan diri menghadapi kehidupan yang kekal abadi di akhirat nanti (Lihat keterangan Ibnul Qayyim dalam Ighaatsatul Lahfan, hal. 423, Mawaaridul Amaan dan Ibnu Rajab dalam Jaami’ul ‘Uluumi wal Hikam, hal. 461, Cet. Dar Ibni Hazm). Inilah di antara makna yang diisyaratkan dalam sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:

كن في الدنيا كأنك غريب أو عابر سبيل

“Jadilah kamu di dunia seperti orang asing atau orang yang sedang melakukan perjalanan.” (HSR Al Bukhari no. 6053)

Penutup

Sebagai penutup, kami akan membawakan sebuah kisah yang disampaikan oleh Ibnul Qayyim tentang gambaran kehidupan guru beliau, Imam Ahlus Sunnah wal Jama’ah di zamannya, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah –semoga Allah merahmatinya–. Kisah ini memberikan pelajaran berharga kepada kita tentang bagaimana seharusnya seorang mukmin menghadapi cobaan dan kesusahan yang Allah Ta’ala takdirkan bagi dirinya.

Ibnul Qayyim bercerita, “Allah Ta’ala yang Maha Mengetahui bahwa aku tidak pernah melihat seorang pun yang lebih bahagia hidupnya daripada gurunya, Ibnu Taimiyyah. Padahal kondisi kehidupan beliau sangat susah, jauh dari kemewahan dan kesenangan duniawi, bahkan sangat memprihatinkan. Ditambah lagi dengan (siksaan dan penderitaan yang beliau alami di jalan Allah Ta’ala), yang berupa (siksaan dalam) penjara, ancaman dan penindasan (dari musuh-musuh beliau). Tapi bersamaan dengan itu semua, aku mendapati beliau adalah termasuk orang yang paling bahagia hidupnya, paling lapang dadanya, paling tegar hatinya serta paling tenang jiwanya. Terpancar pada wajah beliau sinar keindahan dan kenikmatan hidup (yang beliau rasakan). Kami (murid-murid Ibnu Taimiyyah), jika kami ditimpa perasaan takut yang berlebihan, atau timbul (dalam diri kami) prasangka-prasangka buruk, atau (ketika kami merasakan) kesempitan hidup, kami (segera) mendatangi beliau (untuk meminta nasehat), maka dengan hanya memandang (wajah) beliau dan mendengarkan ucapan (nasehat) beliau, serta merta hilang semua kegundahan yang kami rasakan dan berganti dengan perasaan lapang, tegar, yakin dan tenang.” (Al Waabilush Shayyib, hal. 67, Cet. Darul Kitaabil ‘Arabi)

Monday, June 28, 2010

Surat dari Jodohku

Aku ingin mengenalmu dengan sempurna
Tanpa penjajakan yang saat ini sedang marak orang lain lakukan. Cukuplah aku mengenalmu melalui murabbi, keluarga, ataupun lingkungan dakwah yang kita lalui bersama. Sejatinya aku tak akan pernah bisa mengenalmu, karena pernikahan adalah proses pengenalan yang berkesinambungan. Pernikahan bukanlah akhir tujuan perkenalan, namun awal sesungguhnya dari perkenalan. Aku memang tak mengenalmu, namun aku akan berusaha mengenalmu semampuku, setelah kita telah dinyatakan halal untuk saling mengenal.

Aku ingin melamarmu dengan sempurna
Tanpa pertukaran cincin terlebih dahulu seperti yang orang lain bilang tunangan. Cukuplah aku mengenalkan diri dan keluargaku pada keluargamu. Hingga tercipta keharmonisan awal yang sejatinya tercipta karena menghormati kesucian pernikahan. Aku memang tak sanggup memberikan banyak harta untuk melamarmu, namun di jalan dakwah yang akan ku jalani denganmu, aku berjanji untuk berusaha mencari harta semampu kita. Harta yang halal untuk kita pakai bersama.

Aku ingin menikahimu dengan sempurna
Tanpa terlalu banyak kemeriahan yang mendekati kenikmatan dunia. Cukuplah rasa bahagia yang menyelimuti keluarga, sanak saudara, beberapa kolega, serta kita berdua khususnya, menjadi keriangan tersendiri dalam haru yang tercipta karena telah sah-nya untuk menjalani biduk rumah tangga. Aku memang tak mampu untuk memberikan kebahagiaan berlimpah di hari pernikahan kita, namun aku berjanji akan selalu membuatmu bahagia di hari-hari pernikahan kita nantinya. Sejatinya pernikahan bukanlah akhir dari perjalanan hidup kita, namun gerbang awal untuk membuka salah satu jalan menuju ridha-Nya.

Aku ingin mencintaimu dengan sempurna
Tanpa banyak kata yang membalut kebohongan belaka. Cukuplah rayuan dan candaan ringan untuk menghiasi pernikahan kita. Aku memang tak pandai merangkai kata romantis untuk selalu menyenangkanmu, namun aku tahu bagaimana memposisikan kedudukanmu. Kau bukan berada di atas kepala hingga selalu haus akan sanjung puja, bukan pula berada di bawah kaki untuk diinjak dan dihina. Kau adalah tulang rusuk kiriku, dekat dihatiku untuk selalu kucinta. Aku tidak berani berjanji untuk mencintaimu sepenuhnya, namun aku berani berjanji untuk selalu belajar mencintaimu sepenuhnya. Cinta sejati yang membuat kita semakin mencintai-Nya.

Aku ingin hidup bersamamu dengan sempurna
Tanpa banyak terpengaruh hal-hal yang menimbulkan perselisihan antara kita berdua. Cukuplah atas nama Allah segala tingkah polah kita, disertai Al-Qur’an penerang jalan hidup kita, dan Al-Hadits pengiring liku hidup kita. Aku memang tak bisa membuatmu bahagia selalu, namun aku berjanji untuk selalu ada dalam setiap suasana dan kondisi perasaanmu. Aku ingin menyediakan pundak dalam kesedihanmu, menjadi obat penenang dalam kegundahanmu, serta melebarkan pangkuan di saat kelemahanmu.

Aku ingin memperoleh keturunan darimu dengan sempurna
Tanpa ego yang menaungi diri masing-masing, kita berdua membicarakan persetujuan dalam perencanaan. Cukuplah kita berdua yang tahu akan keinginan dan kemampuan kita. Melaluimu, terlahirlah para jundi kecil pelengkap hidup kita. Yang menjadikanku pondasi bangunan pemikiran mereka, serta menjadikanmu madrasah berilmu yang tak ada habis-habisnya. Kita ciptakan generasi terbaik bangsa yang kan mengukir sejarah peradaban, setidaknya yang kan mampu membuat kita bangga, karena telah memiliki penerus dakwah seperti mereka.

Aku tak sempurna. Kau pun tak sempurna. Ketidaksempurnaanmu menjadi pelengkap ketidaksempurnaanku, hingga kita terlihat sempurna, meski hanya bagi kita berdua. Biarlah Allah yang Maha sempurna, yang berhak menilai kesempurnaan kita.

Pertolongan Allah Sangat Dekat

Pada suatu hari hujan cukup lebat melanda kota. Semua warga mengungsi menyelamatkan dirinya kecuali seorang ustadz dengan penuh keyakinan Allah akan menyelamatkan dirinya bila tetap tinggal di masjid, disetiap detiknya dia memohon kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala, sementara banjir sudah menggenangi teras masjid.

Sebuah perahu hendak menyelamatkan, mengevakuasi ustadz itu tetapi ditolaknya dan berkata, 'Terima kasih saya akan tetap bertahan dimasjid ini.'

Hujan semakin lebat, banjir semakin tinggi dan datanglah perahu kedua hendak menolong ustadz tetapi ditolak lagi, 'Terima kasih, saya percaya Allah akan tetap menolong saya.'

Hujan tak kunjung berhenti sehingga keadaan sudah sangat gawat tetapi datang perahu ketiga, ustadz tak juga mau dievakuasi, 'Allah pasti menolong saya, jadi saya akan tetap disini.' Akhirnya banjir itu menenggelamkan masjid dan ustadz tak lagi terselamatkan. Dihadapan Allah, sang ustadz protes kepada Allah. 'Ya Allah, saya adalah hambaMu yang beriman kepadaMu tetapi Engkau kenapa tidak menyelamatkan aku dari banjir?' Kenapa Engkau membiarkan saya menderita Ya Allah?' Allah kemudian menjawab, 'Bukankah AKU telah mengirimkan tiga perahu untuk menyelamatkan dirimu?'

Pesan kisah diatas bahwa hadirnya pertolongan Allah kepada diri kita seringkali kita tidak pahami. Kita sudah curhat, berkeluh kesah kepada Allah, kita merasa doa kita tidak dikabulkan, masalah kita malah semakin berat seolah Allah tidak sayang kepada kita lagi. Padahal pertolongan Allah senantiasa hadir dengan cara yang tidak terbatas. Bisa jadi hadirnya pertolongan Allah itu dalam bentuk nasehat, tulisan, bantuan, guncangan, senyuman, sentilan, makian, tangisan, pujian atau dalam bentuk yang lain. Ketika kita sekarang sedang dirundung masalah, Apakah kita sudah cukup peka terhadap hadirnya pertolongan Allah Subhanahu Wa Ta'ala yang ada dihadapan kita? Ataukah justru kita mengabaikannya? Padahal pertolongan Allah itu sangat dekat, sebagaimana firman Allah.

'Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu sangat dekat.' (QS. al-Baqarah: 214)

Sebuah Doa


Dengan nama Allah,
Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Ya Allah...
Seandainya telah Engkau catatkan,
Dia milikku tercipta buatku,
Satukanlah hatinya dengan hatiku,
Titipkanlah kebahagiaan antara kami,
Agar kemesraan itu abadi ...

Ya Allah...
Ya Tuhanku yang Maha Mengasihi,
Seiringkanlah kami melayari hidup ini,
Ketepian yang sejahtera dan abadi,
Maka jodohkanlah kami...

Tetapi Ya Allah...
Seandainya telah Engaku takdirkan,
Dia bukan milikku,
Bawalah dia jauh dari pandanganku,
Luputkanlah dia dari ingatanku,
Dan peliharalah aku dari kekecewaan...

Ya Allah ya Tuhanku yang Maha Mengerti...
Berikanlah aku kekuatan,
Menolak bayangannya jauh ke dada langit,
Hilang bersama senja yang merah,
Agar ku sentiasa tenang,
Walaupun tanpa bersama dengannya...

Ya Allah yang tercinta...
Pasrahkanlah aku dengan takdirMu,
Sesungguhnya apa yang telah Engkau Takdirkan,
Adalah yang terbaik untukku,
Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui,
Segala yang terbaik buat hamba-Mu ini...

Ya Allah...
Cukupkanlah Engkau saja yang menjadi pemeliharaku,
Di dunia dan di akhirat,
Dengarlah rintihan dari hamba-Mu yang dhaif ini,
Janganlah Engkau biarkan aku sendiri,
Di dunia ini maupun di akhirat,
Menjuruskan aku ke arah kemaksiatan dan
kemungkaran,
Maka kurniakanlah aku seorang pasangan yang beriman,
agar aku dan dia sama-sama dapat membina kesejahteraan hidup,
Ke jalan yang Engaku redhai,
Dan kurniakanlah padaku keturunan yang soleh dan solehah...
Ya Allah...
Berilah kami kebahagiaan di dunia dan kebahagiaan di akhirat,
Dan peliharalah kami dari azab api neraka,
AMIN... AMIN... AMIN... YaRabbal'aalamiin...

Saturday, June 19, 2010

Pintu maaf

Membuka pintu maaf yang setulus-tulusnya pada orang yang menyakitimu.
Jika kamu masih merasa sakit hati padahal dia
sudah minta maaf maka itu berarti kamu belum benar-benar memaafkannya.
Salah satu ciri kita telah tulus memaafkan orang lain adalah jika kita tidak lagi
terbelenggu oleh rasa sakit hati kita karena perbuatan orang lain itu.
Memberi maaf itu mampu membuka belenggu2 sakit hati,mampu menyingkirkan kebencian dan
memaafkan adalah kekuatan yang sanggup menghancurkan rasa mementingkan dirisendiri!
Ketika kita memberi maaf, itu tidak berarti kita
lebih rendah atau kalah.
Justru ketika kamu memberi maaf,kamu telah menang dan kedudukanmu lebih terhormat dibandingkan orang yang kmu beri maaf…

Indahnya Memaafkan

Walaupun mudah diucapkan, memaafkan bukanlah perbuatan yang mudah dilakukan. Ketika seseorang telah atau akan dicelakai, maka yang tertanam biasanya perasaan dendam dan ingin membalas. Perasaan seperti itu adalah wajar dalam diri orang biasa. Namun, sikap memaafkan hanya ada pada diri orang yang luar biasa.

Memaafkan butuh kematangan diri dan kecakapan spiritual. Kematangan diri hanya bisa didapatkan melalui keterbukaan hati dan pikiran akan segala pengalaman hidup yang dialami. Sementara kecakapan spiritual hanya bisa diperoleh ketika telah memiliki rasa penghambaan yang tinggi hanya kepada Allah SWT semata.

Bagi yang memaafkan kesalahan orang lain, Allah SWT menyediakan pahala utama sebagai balasan atas kemuliaan sikap mereka. ”Tetapi orang yang bersabar dan memaafkan, sesungguhnya (perbuatan) yang demikian itu termasuk hal-hal yang diutamakan.” (QS Asy-Syuura [42]: 43).

Dan bagi yang mempunyai keluhuran akhlak, mereka bukan hanya mampu memaafkan kesalahan orang lain, melainkan sekaligus membalas kesalahan tersebut dengan kebaikan yang tak pernah terbayangkan oleh sang pelaku. Allah SWT berjanji hal tersebut justru dapat mempererat tali silaturahim dan membuat antara yang berselisih saling memikirkan seolah-olah mereka adalah sahabat yang sangat setia.

”Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan tu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia.” (QS Fushshilat [41]: 34).

Ada beberapa cara agar kita bisa menjadi pemaaf. Pertama, memperbanyak silaturahim kepada tetangga, sanak kerabat, dan kawan-kawan. Sikap ini akan membuka hati terhadap segala karakter orang, sehingga kita pun tidak mudah marah atau tersinggung atas sikap orang lain.

Kedua, memperbanyak dzikir kepada Allah SWT di waktu pagi dan petang. Berdzikir di waktu pagi akan menjernihkan hati dan pikiran kita sebelum beraktivitas. Berdzikir di waktu petang akan kembali menjernihkan hati dan pikiran setelah kita sibuk seharian beraktivitas.

Ketiga, memperbanyak berdua-duaan (berkhalwat) dengan Allah SWT di waktu orang lain sedang terlelap tidur. Ini akan menumbuhkan kesabaran serta rasa penghambaan dan pengharapan yang tinggi hanya kepada Allah SWT serta menjauhkan dari ketergantungan terhadap manusia.

”Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keuntungan yang besar.” (QS Fushshilat [41]: 35).

——-
Setiap manusia yang telah dewasa pernah mengalami posisi memaafkan dan dimaafkan. Seringnya berganti posisi diatas(memaafkan) atau dibawah(dimaafkan) menjadi sebuah kenikmatan sendiri bagi keduanya, karena di dalamnya ada keimanan, dalam sikap sabar & syukur.
Oleh: Abu Naila

Friday, June 18, 2010

Makna Persahabatan...teman!!

Mempunyai satu sahabat sejati lebih berharga dari seribu teman yang mementingkan diri sendiri.
Apa yang kita alami demi teman kadang-kadang melelahkan dan menjengkelkan, tetapi itulah yang membuat persahabatan mempunyai nilai yang indah.
Persahabatan sering menyuguhkan beberapa cobaan, tetapi persahabatan sejati bisa mengatasi cobaan itu bahkan bertumbuh bersama karenanya…
Persahabatan tidak terjalin secara otomatis tetapi membutuhkan proses yang panjang seperti besi menajamkan besi, demikianlah sahabat menajamkan sahabatnya.
Persahabatan diwarnai dengan berbagai pengalaman suka dan duka, dihibur - disakiti, diperhatikan - dikecewakan, didengar - diabaikan, dibantu - ditolak, namun semua ini tidak pernah sengaja dilakukan dengan tujuan kebencian.
Seorang sahabat tidak akan menyembunyikan kesalahan untuk menghindari perselisihan, justru karena kasihnya ia memberanikan diri menegur apa adanya.
Sahabat tidak pernah membungkus pukulan dengan ciuman, tetapi menyatakan apa yang amat menyakitkan dengan tujuan sahabatnya mau berubah.
Proses dari teman menjadi sahabat membutuhkan usaha pemeliharaan dari kesetiaan, tetapi bukan pada saat kita membutuhkan bantuan barulah kita memiliki motivasi mencari perhatian, pertolongan dan pernyataaan kasih dari orang lain, tetapi justru ia berinisiatif memberikan dan mewujudkan apa yang dibutuhkan oleh sahabatnya.
Kerinduannya adalah menjadi bagian dari kehidupan sahabatnya, karena tidak ada persahabatan yang diawali dengan sikap egoistis. Semua orang pasti membutuhkan sahabat sejati, namun tidak semua orang berhasil mendapatkannya. Banyak pula orang yang telah menikmati indahnya persahabatan, namun ada juga yang begitu hancur karena dikhianati sahabatnya.
Ingatlah kapan terakhir kali kamu berada dalam kesulitan. Siapa yang berada di samping kamu ?? Siapa yang mengasihi kamu saat kamu merasa tidak dicintai ?? Siapa yang ingin bersama kamu saat kamu tak bisa memberikan apa-apa ??
MEREKALAH SAHABATMU

Hargai dan peliharalah selalu persahabatanmu....Jangan Kau nodai Persahabatan mu Dengan Hal yang Sepele..

Thursday, June 17, 2010

Bapak,aku rindu...

Ijinkan aku,...bapak
Aku akan datang bapak
Bukan hendak menggugat kepergianmu

Ingin ku katakan
Kepergianmu adalah kesedihan
Dalam hatiku
Untuk mewujudkan syukur dan
Sabar

Aku akan kembali ke pangkuanmu bapak
Lewat lantunan puisi
Yang menyaksikan daun-daun yang
Berguguran tanpa batang

Bapak…,Aku merindukanmu

Aku tak mampu mengantar kepergianmu
Langit mendung turut berduka
Orang-orang riuh rendah becerita
Tentang segala amal kebaikanmu

Aku datang kepadamu, bapak
Semilir di bawah kamboja dan nisanmu
Aku menangis dan berdoa
Mengenang segala salah dan dosaku kepadamu

Kepergianmu seketika mendewasakan aku
Mengajarkan aku betapa penting arti hidup
Untuk menjadi berguna bagi sesama

Kepergianmu mengajarku
Bagaimana harus mencintai dan menyayangi
Bagaimana harus tulus berkorban dan bersabar
Bagaimana harus berjuang demi anak-anaknya
Hingga saat terakhir hayatmu
Engkau terus berdoa demi kebahagiaan anak-anakmu

Hari ini aku menemuimu, bapak
Lewat sebait puisi untuk mengenangmu
Bila datang saatnya nanti
Kan kuceritakan segala ketangguhan dan kesabaranmu
Bersama embun fajar kemarau ku sertakan doa
Semoga engkau mendapatkan tempat terbaik di sisi-Nya
Aminnn.....

Wednesday, June 16, 2010

Tegar hadapi masalah....

Lihatlah layang2,jika
dia tdk menantang angin,dia tidak akan bisa terbang melayang di
udara.Dia akan tetap melayang di udara slama masih menantang angin.
Jika angin yang menerpanya lbh keras dia bergerak menggoyang ke kanan
atau ke kiri kemudian naik ke atas.Sesekali dia akan berputar ke bawah
...membentuk lingkaran kemudian kembali naik menanjak ke atas.Begitulah
shrusnya kita belajar dari layang2,tetap tegar menghadapi mslh n
mencari solusi, brharap dan optimis mnjadi manusia sukses dunia akherat
atas RidhoNYA.

Saturday, June 12, 2010

Hari Ini Milik Anda


Jika kamu berada di pagi hari, janganlah menunggu sore tiba. Hari inilah yang akan Anda jalani, bukan hari kemarin yang telah berlalu dengan segala kebaikan dan keburukannya, dan juga bukan esok hari yang belum tentu datang. Hari yang saat ini mataharinya menyinari Anda, dan siangnya menyapa Anda inilah hari Anda.
Umur anda mungkin tinggal hari ini. Maka, anggaplah masa hidup Anda hanya hari ini, atau seakan-akan Anda dllahirkan hari ini dan akan mati hari ini juga. Dengan begitu, hidup Anda tak akan tercabik-cabik diantara gumpalan keresahan, kesedihan dan duka masa lalu dengan bayangan masa depan yang penuh ketidakpastian dan acapkali menakutkan.
Pada hari ini pula, sebaiknya Anda mencurahkan seluruh perhatian, kepedulian dan kerja keras. Dan pada hari inilah, Anda harus bertekad mempersembahkan kualitas shalat yang paling khusyu', bacaan al-Qur'an yang sarat
tadabbur,
dzikir dengan sepenuh hati, keseimbangan dalam segala hal, keindahan dalam akhlak, kerelaan dengan semua yang Allah berikan, perhatian terhadap keadaan sekitar, perhatian terhadap kesehatan jiwa dan raga, serta perbuatan baik terhadap sesama.
Pada hari dimana Anda hidup saat inilah sebaiknya Anda membagi waktu dengan bijak.
Jadikanlah setiap menitnya laksana ribuan tahun dan setiap detiknya laksana ratusan bulan. Tanamlah kebaikan sebanyak-banyaknya pada hari itu. Dan, persembahkanlah sesuatu yang paling indah untuk hari itu. Ber-
istighfar
-lah atas semua dosa, ingatlah selalu kepada-Nya, bersiap-siaplah untuk sebuah perjalanan menuju alam keabadian, dan nikmatilah hari ini dengan segala kesenangan dan kebahagiaan! Terimalah rezeki, isteri, suami, anak-anak, tugas-tugas, rumah, ilmu, dan jabatan Anda hari dengan penuh keridhaan.
{Maka berpegangteguhlah dengan apa yang Aku berikan kepadamu dan hendaklah kamu termasuk orang yang bersyukur.}
(QS. Al-A'raf: 144)

Berikan KETULUSAN, bukan KESEMPURNAAN

Beberapa buruh menemui sang majikan. Mereka mengeluhkan ongkos angkutan yang semakin mahal, dan meminta sang majikan untuk bersedia membantu. Perusahaan itu sudah ada di sana bertahun-tahun, turun-temurun. Mereka sendiri sudah saling mengenal baik. Sang majikan mengatakan bahwa sebenarnya beliau ingin sekali membantu, namun keuangan perusahaan tak cukup memungkinkan. Sedangkan menyediakan kendaraan angkutan yang layak pun kesulitan. Hanya ada dua buah truk tua yang biasa digunakan untuk mengangkut barang. Bila pekerja tak keberatan, mereka bisa memakainya untuk antar jemput setiap hari. Ternyata, para pekerja itu menyambut dengan gembira. Kata mereka, "Kami ini buruh kecil yang terbiasa hidup berat. Naik truk berdesak-desakan bukan hal yang sulit buat kami." Dan, keesokan hari berbondong-bondong para buruh itu berangkat dan pulang kerja bersama-sama. Tidak seorang pun ada yang terlambat datang.

Bila anda bermaksud memberikan sesuatu bagi orang lain, jangan tunggu semuanya sempurna. Ketulusan adalah jawaban terutama.

Friday, June 11, 2010

Menjemput rejeki

Setengah jam menjelang adzan Dzuhur, dari kejauhan mata saya menangkap sosok tua dengan pikulan yang membebani pundaknya. Dari bentuk yang dipikulnya, saya hapal betul apa yang dijajakannya, penganan langka yang menjadi kegemaran saya di masa kecil. Segera saya hampiri dan benarlah, yang dijajakannya adalah kue rangi, terbuat dari sagu dan kelapa yang setelah dimasak dibumbui gula merah yang dikentalkan. Nikmat, pasti.

Satu yang paling khas dari penganan ini selain bentuknya yang kecil-kecil dan murah, kebanyakan penjualnya adalah mereka yang sudah berusia lanjut. "Tiga puluh tahun lebih bapak jualan kue rangi," akunya kepada saya yang tidak bisa menyembunyikan kegembiraan bisa menemukan jajanan masa kecil ini. Sebab, sudah sangat langka penjual kue rangi ini, kalau pun ada sangat sedikit yang masih menggunakan pikulan dan pemanggang yang menggunakan bara arang sebagai pemanasnya.

Tiga jam setengah berkeliling, akunya, baru saya lah yang menghentikannya untuk membeli kuenya. "Kenapa bapak tidak mangkal saja agar tidak terlalu lelah berkeliling," iba saya sambil menaksir usianya yang sudah di atas angka enam puluh. "Saya nggak pernah tahu dimana Allah menurunkan rezeki, jadi saya nggak bisa menunggu di satu tempat. Dan rezeki itu memang bukan ditunggu, harus dijemput. Karena rezeki nggak ada yang nganterin," jawabnya panjang.

Ini yang saya maksud dengan keuntungan dari obrolan-obrolan ringan yang bagi sebagian orang tidak menganggap penting berbicara dengan penjual kue murah seperti Pak Murad ini. Kadang dari mereka lah pelajaran-pelajaran penting bisa didapat. Beruntung saya bisa berbincang dengannya dan karenanya ia mengeluarkan petuah yang saya tidak memintanya, tapi itu sungguh penuh makna.

"Setiap langkah kita dalam mencari rezeki ada yang menghitungnya, dan jika kita ikhlas dengan semua langkah yang kadang tak menghasilkan apa pun itu, cuma ada dua kemungkinan. Kalau tidak Allah mempertemukan kita dengan rezeki di depan sana, biarkan ia menjadi tabungan amal kita nanti," lagi sebaris kalimat meluncur deras meski parau terdengar suaranya.

"Tapi kan bapak kan sudah tua untuk terus menerus memikul dagangan ini?" pancing saya, agar keluar terus untaian hikmahnya. Benarlah, ia memperlihatkan bekas hitam di pundaknya yang mengeras, "Pundak ini, juga tapak kaki yang pecah-pecah ini akan menjadi saksi di akhirat kelak bahwa saya tak pernah menyerah menjemput rezeki."
Sudah semestinya isteri dan anak-anak yang dihidupinya dengan berjualan kue rangi berbangga memiliki lelaki penjemput rezeki seperti Pak Murad. Tidak semua orang memiliki bekas dari sebuah pengorbanan menjalani kerasnya tantangan dalam menjemput rezeki. Tidak semua orang harus melalui jalan panjang, panas terik, deras hujan dan bahkan tajamnya kerikil untuk membuka harapan esok pagi. Tidak semua orang harus teramat sering menggigit jari menghitung hasil yang kadang tak sebanding dengan deras peluh yang berkali-kali dibasuhnya sepanjang jalan. Dan Pak Murad termasuk bagian dari yang tidak semua orang itu, yang Allah takkan salah menjumlah semua langkahnya, tak mungkin terlupa menampung setiap tetes peluhnya dan kemudian mengumpulkannya sebagai tabungan amal kebaikan.

Sunday, June 6, 2010

Titip RINDU-ku buat -dia ...

Bismillah....
Ah...
Ada apa dengan hati?? Terlalu dini aku harus memikirkannya. Hanya ku anggap debu yang terbawa angin dan mampir sekejap saja. Segera ku menyekanya dengan saputangan dalam angan. Aku hanya ingin menetralisir rasa agar steril dari semua yang ku anggap tak penting untuk sekedar hinggap.

Lain waktu, eh...kembali datang. Angin memang tak pandang membawa apa dan harus mampir dimana, angin memang pemurah, memberi tumpanan pada siapa saja dan pada apa saja. Kali ini mampir lagi, namun ku seka sedikit saja, ku katakan pada diriku, nanti akan ku basuh biar lebih cemerlang...hohoho...aku pun tersenyum dan mengalihkan fikiran.

Kali ini, aku tak kuasa. Yang diserangnya adalah organ yang berkaitan dengan seluruh rasa. Menyerang otak, fikiran, dan tentunya di manalagi kalau bukan tempat penuh humus untuk bercocok tanam dan menyemai rasa yaitu HATI. Waaaaaahhh....jangan gilaaaaa duuuunnnkkkk...!!! aku tak kuasaaaaa..., terlalu beraaatttzzz!!!. Bibirku berucap istighfar terus melawan fikiran yang sedari tadi selalu terbayang rasa.

Huuuuffffhhh... kali ini aku mendesah, lemah namun pasti. Ya Tuhan, apa yang mendera?? Sempat terfikir bahwa aku harus mengakuinya, toh tak ada yang terdzolimi dengan apa yang kurasa, karena semua manusia di dunia pasti juga merasakannya. Aku tak harus berbohong untuk sesuatu yang wajar bagi logika, ya logika kita sebagai manusia. Aku harus berani mengakuinya, rasa itu ada karena satu kata penuh makna, yaitu ‘cinta’. Ah...lega rasanya, sudah kuteriakkan dalam hati...hehe walaupun –dia- tak mendengarkannya.

Baiklah, kali ini aku berdamai dengan rasa. Ya Allah...Engkau tak hanya memberikan rasa sedih dan senang pada setiap hamba, namun Kau berikan juga semua rasa. Pelangi itu terlalu indah untuk dihapuskan, namun takkan indah jika terlukis paksa tanpa ridho dariNya. Allah..-dia- yang kau cipta, dalam pandanganku biasa saja, apa adanya, satu hal yang ku suka bagus agamanya, hmmmmm.... tapi, ada tapinya ya Allah,,,’apakah demikian dalam padanganMu???’. Ah...aku tak mau menerka-nerka. Biarlah waktu yang akan menentukan arahnya dan memberi jawab sesuai kehendak Yang Kuasa.
Allah...Kau tahu sejauh mana bentuk ikhtiarku, namun...aku tak berani memastikan sejauh mana –dia- berikhtiar, karena itu semua rahasia. Allah...aku tak berani melangkah tanpa kehendakMu, tak berani memelihara rasa tanpa seizinMu, maka biarlah kusimpan sejenak atau selamanya.

Izin aku mencintai-Mu

Izin aku mencintai-Mu Semampuku
Ya Rabb,,,,
Aku masih ingat, saat pertama dulu aku belajar mencintaiMu…
Lembar demi lembar kitab kupelajari…
Untai demi untai kata para ustadz kuresapi…
Tentang cinta para nabi
Tentang kasih para sahabat
Tentang mahabbah para sufi
Tentang kerinduan para syuhada
Lalu kutanam di jiwa dalam-dalam
Kutumbuhkan dalam mimpi-mimpi dan idealisme yang mengawang di awan…

Tapi Rabbii,
Berbilang detik, menit, jam, hari, pekan, bulan dan kemudian tahun berlalu…
Aku berusaha mencintaiMu dengan cinta yang paling utama, tapi…
Aku masih juga tak menemukan cinta tertinggi untukMu…
Aku makin merasakan gelisahku membadai…
Dalam cita yang mengawang
Sedang kakiku mengambang, tiada menjejak bumi…
Hingga aku terhempas dalam jurang
Dan kegelapan…
Wahai Ilahi,
Kemudian berbilang detik, menit, jam, hari, pekan, bulan dan tahun berlalu…
Aku mencoba merangkak, menggapai permukaan bumi dan menegakkan jiwaku kembali
Menatap, memohon dan menghibaMu:
Allahu Rahiim, Ilaahi Rabbii,
Perkenankanlah aku mencintaiMu Semampuku
Allahu Rahmaan, Ilaahi Rabii
Perkenankanlah aku mencintaiMu Sebisaku
Dengan segala kelemahanku
Ilahi Rabbi,,,,
Aku tak sanggup mencintaiMu
Dengan kesabaran menanggung derita
Umpama Nabi Ayyub, Musa, Isa hingga Al musthafa
Karena itu izinkan aku mencintaiMu
Melalui keluh kesah pengaduanku padaMu
Atas derita batin dan jasadku
Atas sakit dan ketakutanku

Rabbii,
Aku tak sanggup mencintaiMu seperti Abu bakar, yang menyedekahkan seluruh hartanya dan hanya meninggalkan Engkau dan RasulMu bagi diri dan keluarga. Atau layaknya Umar yang menyerahkan separo harta demi jihad. Atau Utsman yang menyerahkan 1000 ekor kuda untuk syiarkan dienMu. Izinkan aku mencintaiMu, melalui seratus-dua ratus perak yang terulur pada tangan-tangan kecil di perempatan jalan, pada wanita-wanita tua yang menadahkan tangan di pojok-pojok jembatan. Pada makanan–makanan sederhana yang terkirim ke handai taulan.
Ilaahi,,,aku tak sanggup mencintaiMu dengan khusyuknya shalat salah seorang shahabat NabiMu hingga tiada terasa anak panah musuh terhunjam di kakinya. Karena itu Ya Allah,,, perkenankanlah aku tertatih menggapai cintaMu, dalam shalat yang coba kudirikan terbata-bata, meski ingatan kadang melayang ke berbagai permasalahan dunia.
Robbii, aku tak dapat beribadah ala para sufi dan rahib, yang membaktikan seluruh malamnya untuk bercinta denganMu. Maka izinkanlah aku untuk mencintaimu dalam satu-dua rekaat lailku. Dalam satu dua sunnah nafilahMu. Dalam desah napas kepasrahan tidurku.

Yaa, Maha Rahmaan,
Aku tak sanggup mencintaiMu bagai para al hafidz dan hafidzah, yang menuntaskan kalamMu dalam satu putaran malam. Perkenankanlah aku mencintaiMu, melalui selembar dua lembar tilawah harianku. Lewat lantunan seayat dua ayat hafalanku.

Yaa Rahiim,,,
Aku tak sanggup mencintaiMu semisal Sumayyah, yang mempersembahkan jiwa demi tegaknya DienMu. Seandai para syuhada, yang menjual dirinya dalam jihadnya bagiMu. Maka perkenankanlah aku mencintaiMu dengan mempersembahkan sedikit bakti dan pengorbanan untuk dakwahMu. Maka izinkanlah aku mencintaiMu dengan sedikit pengajaran bagi tumbuhnya generasi baru.
Allahu Kariim, aku tak sanggup mencintaiMu di atas segalanya, bagai Ibrahim yang rela tinggalkan putra dan zaujahnya, dan patuh mengorbankan pemuda biji matanya. Maka izinkanlah aku mencintaiMu di dalam segalanya. Izinkan aku mencintaiMu dengan mencintai keluargaku, dengan mencintai sahabat-sahabatku, dengan mencintai manusia dan alam semesta.

Allaahu Rahmaanurrahiim, Ilaahi Rabbii
Perkenankanlah aku mencintaiMu semampuku. Agar cinta itu mengalun dalam jiwa. Agar cinta ini mengalir di sepanjang nadiku.


from : kiriman dari seorang sahabat

Terimakasih KECEWA.....

Bismillah....
Benar kata orang, bahwa satu-satunya obat mujarab yang dapat mengobati luka hati hanyalah waktu. Lambat laun sang waktu akan mengaburkan wajah kekasih yang terus-menerus menghantui, mulai dari awal perkenalan sampai kenangan yang terbingkai indah dalam sebuah lamaran. Sang waktu pula yang mengenyahkan dongeng sakit hati kala lamaran ku terim,a namun ia tak lagi memperhatikan dengan segudang rutinitas melenakan. Cinta, terlalu sadis caramu mencungkilnya dari relung hati yang tadinya normal menjadi abnormal. Sampai kapanpun, aku akan tetap mengingat kisah itu. Dia telah menorehkan sejarah dengan tinta emas sebagai kenangan terindah sekaligus memilukan.
Sekarang diusiaku yang mulai beranjak dewasa, begitu kata orang kebanyakan. Usia yang cukup bagiku untuk menuju sebuah jenjang pernikahan. Dengan balutan melati menghiasi pelaminan. Wah....indah, sudahlah itu sebuah harapan yang menanti untuk kurajut, tunggu saja aku sedang memintal benang halus untuk mewujudkannya. Kini aku sedang menikmati masa lajangku. Lepas dari bangku kuliah yang melelahkan dan tentu menyenangkan. Pekerjaan sesuai bidang jurusan langsung memberikan kursi dalam jajaran karyawan. Maka kusyukuri, ini adalah suatu rutinitas yang membawa berkah, semoga. Aku punya alasan kuat untuk bangun pagi dan berangkat menuju tempat kerja dengan riang. Mungkin ini disebut juga sebagai euphoria pekerjaan baru.
Namun sungguh, dalam heningnya malamku, aku tak henti menjerit padaMU :
Aku tak pernah mengerti
Mengapa harus tersakiti
Dalam benak aku merasa tak membuat kesalahan untuk masalah hati
Tak cukupkah penjagaanku terhadap hati selama ini?
Apa yang kurang, apa yang salah?
Bergelayut tanda tanya membentuk masa ribuan kalimat padaNya

Astaghfirullah...
Aku kerdil, maka aku merasa perlu bertanya
Tapi setiap klimatku bukanlah tanya benar
Lebih pada sebuah tuntutan
Bahwa semua yang kulakukan selama ini adalah benar

Ampun Allah...
Aku tak punya muka untuk sekedar bertanya
Ampun Allah...
Aku tak punya hak untuk menyalahkan arah
Ampun ya Allah...
Aku menjalani apa yang Kau kehendaki


Lepas dari semua itu
Sungguh aku masih berkabung dalam kecewaku
Hari nyataku menjadi semu
Bayang tak kejelasan putusanku mencabik separuh hidupku

Tidak...
Allah..Kau ciptakan hamba untuk bahagia
Allah..Kau tak pernah lupa beri aku kasih sayang
Allah..Kau beri ujian karena aku mampu mengemban
Allah..tak ada ketersiaan atas setiap jalan yang kau arahkan

Sandungan bukanlah batu besar
Hanya kerikil yang jauh lebih kecil namun tajam
Aku hanya lengah, karena terlalu asik merlangkah
Terlena oleh rayuan insan yang kini hanya menjadi bayang

Terima kasih Allah kau bangunkan aku dengan lembut
Hingga aku tak terlarut dalam mimpi buruk
Saatnya aku menatap nyataku
Karena mimpi adalah maya dalam tidurku

Akan ku tunjukkan bahwa aku sehat
Akan ku tunjukkan bahwa aku kuat
Akan ku tunjukkan bahwa aku masih mengulum senyum
Akan ku tunjukkan bahwa aku masih bisa menebar cinta pada sesama

Allah...hidup ini terlalu indah untuk disia-siakan, aku tak boleh kalah hanya karena sebuah masalah. Maka ku katakan pada diri ini :

Hai diri, ketika aku masih b ertemu pagi,
Dan ku putuskanuntuk berdiri menghadapi,
Berjuang dengan hati di jalan Illahi,
Bukan demi diriku sendiri,
Maka saat itu,
Aku telah mengakhiri hari,
Derngan satu lagi kemenangan sejati
(penggalan puisi HTR)

Baiklah...ku ucap Bismillah untuk menata hati, ini juga kalimat yang sama untuk mengawali hari, aku tak perlu risau akan masa depan dan pelaminan. Karena semua telah mulai kurajut dari sekarang. Allah...Kau Maha Tahu setiap kekuatan dan kemampuanku berikhtiar, maka setiap senyum akan ku sunggingkan untuk sebuah perubahan. Untuk pelaminan ? aku percaya janji Allah nyata akan pasangan jiwa, mungkin bukan dia yang telah membuatku kecewa, namun Allah menyiapkan sang pangeran pujaan yang akan menjemputku dengan kebahagiaan, amin.