" KALBU...., saat jiwa ini kering butuh setetes air untuk membasahi,setetes...memang hanya setetes karena jiwa adalah hidup dan jiwa bukan sesuatu yang mati "
Sunday, May 16, 2010
Surat untukmu, IBU.....!
Hari ini jam 11:39
Pada kesunyian dunia yang terlalu dingin untuk bersuara. Dan disela-sela godaan sang angin pada pepohonan. Sejenak mengantarkanku pada perenungan tentang seorang Ibu. Wanita yang memberikanku curahan kasih sayang tanpa henti. Ia laksana melati yang tebarkan harum wewangian tanpa pernah meminta balasan. Ia jugalah yang memberikan tempat bernaung untuk anak-anaknya. Takkan pernah sanggup membalas curahan kasih sayangnya padaku. Takkan pernah mampu menghitung ribuan cintanya padaku. Sembunyikan peluh yang membasahi tanah demi diriku. Membasuh airmata yang terurai karena tingkahku. Ia tanamkan harapan pada jiwa sesosok anak manusia. Membingkaikan mahkota dikepala sebagai simbol penerus masa depan. Rela geletakkan tubuhnya pada kasur yang bersimbah darah. Umpatan, cacian, dan makian yang terdengar takkan menyurutkan ikhlasnya. Ia bahkan rela menanggalkan arti sebuah kebahagiaan. Ia bahkan rela bersujud dihadapan anjing-anjing kekuasaan. Membelaiku saat tubuh terasa lemah oleh goresan-goresan waktu. Mengobatiku saat hati tercabik-cabik oleh jilatan para serigala. Membimbingku saat dua sisi memaksaku untuk memilih. Sehingga bimbang tak lagi melekat di peraduan akal dan pikiran. Tak pernah sedikitpun terucap kata pamrih darinya. Walau seharusnya ia mampu untuk memintanya kembali.
Ibu.. Ya.. Ibu.. Engkau menuntunku disetiap waktu menuju arah yang tepat. Engkau antarkan aku didepan gerbang kebahagiaan. Gerbang yang semestinya aku tapakkan laju langkahku. Hingga tak pernah ku sadari bahwa kau selalu mengawasiku bila ku terjatuh. Kau mengajarkan padaku tentang apa arti hidup. Agar aku dapat tetap tegar hadapi waktu yang selalu menikamku dengan perih. Menatap pasti setiap mimpi yang kan berarti. Mewujudkan semua keinginanku meski tak mudah untuk kau penuhi. Engkaulah yang selalu senandungkan suka disaat duka. Hingga duka yang kau jinakkan mampu terevolusi menjadi suka. Engkaulah yang selalu memberiku nuansa disaat hati terasa gundah.
Memapahku pada kesejukkan bahumu ketika ku bersedih. Saat dimana hati ini terlalu letih untuk menapaki hari. Kau sejukkan nuraniku ketika ku terkapar dalam kesenjangan lingkungan. Mereduksikan amarahku dalam kelabilan masa remaja. Ketika jalan terjal hidupku menemui statis. Kau memberiku wejangan-wejangan indah yang bermakna. Hingga tak pernah sekalipun kau membiarkanku terjebak dalam nestapa. Sebuah pengorbanan yang tak pernah mampu ku balas hingga akhir zaman. Selama hayat masih dikandung badan. Sepanjang masa, takkan pernah ku lupakan dirimu Ibu..
Ya Allah.. Wahai Tuhanku.. Berikanlah kebahagiaan pada ibuku hingga akhir waktu. Karena aku akan membahagiakannya sebagai bukti bahwa aku cinta padanya. Setulus kasih sayangku sebagai seorang anak. Aku akan bersujud dan merebahkan lututku ditelapak kakinya. Ia pasti kecewa jika hipokritas kehidupan membuatku terjungkal. Oleh karena itu, aku harus bangkit dari keterpurukkan yang selama ini membelenggu. Menyusuri setiap mimpi dan harapan yang menggarisi cita-cita. Membalas kepercayaan yang telah terbangun darinya. Hingga ku dapat taklukkan gelombang pasang yang menerjang. Dan mengokohkan diri agar tak mudah hancur terbawa arus. Wahai Ibuku.. Aku berjanji untuk tidak menjadi seorang pengecut. Seperti yang kau idam-idamkan dariku. Aku juga tidak ingin seperti mereka yang keluar rumah dengan perasaan takut. Hingga membuat langkah mereka menjadi gemetar dalam gambar hari esok yang kian berwarna pekat.
Ibu, maafkanlah jika aku merasa malu mengutarakan isi hatiku ini dihadapanmu. Mencoba beranikan diri untuk merangkai makna dari tangisan jiwa disepanjang malam. Karena hanya dari coretan-coretan ini aku mampu melukiskan besar rasa cintaku padamu. Hingga keluh kesah inilah yang akan menuntunku untuk menjadi tegar. Percayalah Ibu.. Percayalah bahwa pengharapanmu padaku takkan pernah membuatmu kecewa. Akan ku pelihara selalu senyumku agar tak menjadi palsu. Akan ku nikmati kesedihan dan berusaha menjadi tangguh. Akan ku hadapi hidup ini dengan iman dan kesabaran. Serta mensyukuri karunia yang telah diberikan oleh-Nya seluas langit dan bumi. Sekali lagi.. Terimakasih Ibu.. terimakasih atas segala materi yang telah kau beri. Terimakasih atas segala petuah yang telah kau hidangkan pada diri ini. Dari ujung hati ini, ijinkanlah buah hatimu untuk berikrar ikhlas tentang ungkapan rasa terimakasih.. Dari anakmu yang selalu merindukanmu..
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment